kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Simak berita menarik di halaman rekomendasi!


Kamis, 23 Oktober 2014 / 04:44 WIB
Simak berita menarik di halaman rekomendasi!
ILUSTRASI. Waspadai Cacar Monyet, Kenali Sederet Gejala Umum Berikut Ini


Reporter: Sandy Baskoro | Editor: Sandy Baskoro

JAKARTA. Menemani aktivitas pagi anda, kami menyajikan sejumlah berita di halaman rekomendasi Harian KONTAN edisi Kamis 23 Oktober 2014, sebagai berikut.

Rekomendasi PT Intiland Development Tbk (DILD)

Memiliki lahan strategis adalah salah satu kunci sukses dalam berbisnis properti. Ini pula yang menjadi target PT Intiland Development Tbk (DILD).

DILD bakal menerima berkah dari maraknya proyek infrastruktur di wilayah DKI Jakarta, seperti proyek monorel, mass rapid transit (MRT) dan proyek tanggul raksasa (Giant Sea Wall).

Sebab, pengembang properti ini memiliki lahan di sekitar proyek tersebut. Misalnya, proyek Giant Sea Wall yang dirancang untuk menangkal banjir Jakarta. Proyek ini berdekatan dengan proyek DILD, yaitu apartemen Regatta II yang berlokasi di Pantai Mutiara, Jakarta Utara. Perseroan ini juga berencana melanjutkan proyek reklamasi di wilayah yang sama.

Sebelumnya, DILD pernah melakukan reklamasi di wilayah itu seluas 100 hektare. "Pengembangan Pantai Mutiara adalah kelanjutan dari proyek sebelumnya yang sudah kami kembangkan seluas 100 ha. Sisa 63 ha lagi merupakan bagian dari proyek reklamasi Giant Sea Wall dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dengan total luas reklamasi 5.100 ha," ujar Suhendro Prabowo, Chief Operating Officer DILD, belum lama lalu.

Analis Trimegah Securities, Naarah Joesoef menilai pembangunan infrastruktur oleh pemerintah DKI Jakarta dapat mendatangkan untung bagi DILD. "Secara tidak langsung, ini bisa mengerek harga tanah perseroan di wilayah itu," ungkap dia kepada KONTAN, Rabu (21/10).

Saham Tahan Banting

Saham-saham yang tergabung dalam sektor telekomunikasi dan barang konsumsi (consumer goods) diprediksi bakal menorehkan performa maksimal pada tahun depan.

Mengutip laporan Bahana Securities, ada tiga saham sektor telekomunikasi yang diyakini bakal ciamik, yakni PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM), PT Indosat Tbk (ISAT), dan PT Tiphone Mobile Indonesia Tbk (TELE).

Sementara, dari sektor consumer goods, ada lima saham yang direkomendasikan Bahana Securities, yaitu PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), PT Gudang Garam Tbk (GGRM), PT Kalbe Farma Tbk (KLBF), PT Indofood CBP Tbk (ICBP), dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF).

Kepala Riset Bahana Securities Harry Su menilai, saham-saham dari dua sektor ini memang berkarakter defensif, termasuk jika pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla jadi menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Tim Bahana Securities menilai, saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM bersubsidi. Pasalnya, harga minyak mentah dunia sedang turun ke level US$ 99 per barel. Faktor tersebut memungkinkan bagi Jokowi-JK mengerek harga BBM sebesar Rp 2.000 per liter, lebih rendah dari rencana awal Rp 3.000 per liter.

Kenaikan harga BBM ini diperkirakan hanya akan mendongkrak inflasi dan suku bunga dalam jangka pendek.  "Secara historikal, sektor consumer goods dan telekomunikasi biasanya akan perform paling bagus pada tiga bulan sebelum maupun sesudah kenaikan harga BBM," kata Harry di Jakarta, Rabu (22/10).

Obligasi Korporasi

Tren penerbitan obligasi korporasi pada tahun depan tidak akan segempita tahun-tahun sebelumnya. Penerbitan relatif sepi karena suku bunga acuan Bank Indonesia (BI rate) berpotensi naik seiring dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.

Analis Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Roby Rushandie mengatakan, jika kenaikan suku bunga terjadi,  biaya dana atau cost of fund yang harus ditanggung penerbit obligasi akan meningkat.

Apalagi, dari eksternal, rencana pengetatan kebijakan moneter di Amerika Serikat dapat mengakibatkan keluarnya dana asing (capital outflow) sehingga menekan kurs rupiah. "Ini juga akan mempengaruhi penerbitan obligasi korporasi," kata Roby.

Menurut Roby, tren suku bunga yang tinggi dan ketatnya likuiditas juga mengakibatkan sepinya emisi obligasi korporasi pada paruh kedua tahun ini. Selain itu, korporasi cenderung menerapkan strategi wait and see karena faktor ketidakpastian politik terkait pemilihan umum.

Sejumlah perusahaan pun menunda emisi obligasi hingga tahun depan. Misalnya, PT Bank Tabungan Negara (BTN) yang semula berniat menerbitan obligasi sekitar Rp 2 triliun pada tahun ini.

PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES)

Di akhir tahun ini, PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES) makin gencar merealisasikan pembangunan gerai baru. Kabar terkini, ACES telah merampungkan pembangunan gerai ke-14 di tahun ini yang berlokasi di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Sekretaris Perusahaan ACES Helen Tanzil mengungkapkan, gerai seluas 1.900 meter persegi tersebut merupakan gerai kedua ACES di Tasikmalaya. ACES akan membuka gerai ini, 26 Oktober 2014. "Dengan tambahan gerai baru itu, kini ACES telah memiliki 109 gerai," ujar dia, Rabu (22/10).

Untuk merealisasikan target 15 gerai baru tahun ini, ACES tinggal membuka satu gerai lagi. Untuk setiap gerai dengan luas rata-rata 2.100 m2, ACES mengalokasikan minimal Rp 20 miliar. Dana berasal dari belanja modal ACES tahun ini sebesar Rp 120 miliar-Rp 150 miliar.

Mayoritas gerai atau 70% dari total gerai berlokasi di Jawa. Adapun, 30% dari total gerai tersebar di luar Jawa. Dengan jumlah gerai yang terus bertambah, ACES berharap kinerjanya meningkat. Tahun ini, ACES menargetkan pertumbuhan penjualan 20% menjadi Rp 4,62 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×