kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Siasat Astra Agro (AALI) hadapi paceklik harga saat panen sawit tiba


Rabu, 01 Agustus 2018 / 07:03 WIB
Siasat Astra Agro (AALI) hadapi paceklik harga saat panen sawit tiba
ILUSTRASI. KELAPA SAWIT


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Astra Agro Lestari Tbk masih berupaya mengatasi tekanan dari tren penurunan harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) yang terjadi sepanjang tahun ini. Sekadar informasi, di semester pertama lalu, harga CPO terkoreksi hingga 6,4%.

Analis Indo Premier Sekuritas Frederick Daniel dalam riset 26 Juli menyebut, penurunan harga CPO memang jadi momok bagi AALI. Untungnya, perusahaan ini bisa mengimbangi dengan mendorong volume produksi CPO.

Di semester satu lalu, tingkat produksi CPO anak usaha PT Astra International Tbk ini mampu tumbuh 14%. Hasil tersebut mampu membuat pendapatan AALI meningkat 5,56% (yoy) menjadi Rp 9,02 triliun pada semester I-2018.

Namun, karena AALI memiliki riwayat kinerja yang negatif pada kuartal I-2018, pertumbuhan volume produksi CPO tak berdampak pada laba bersih perusahaan. Akhirnya, di semester pertama laba bersih AALI turun 23,3% (yoy) menjadi Rp 783,91 miliar.

Kepala Riset Narada Asset Management Kiswoyo Adi Joe berpendapat, peningkatan volume produksi memang menjadi cara paling efektif untuk menangkal efek penurunan harga CPO. Hanya saja, hal itu menimbulkan risiko tersendiri bagi AALI.

Pasalnya, sebagian besar tanaman sawit perusahaan ini sudah berusia tua, sehingga potensi buah yang dihasilkan tidak semaksimal beberapa tahun ke belakang. "Sawit yang dimiliki AALI rata-rata sudah berumur 20–25 tahun sehingga pertumbuhannya mulai stagnan," ujar Kiswoyo, Selasa (31/7).

Bisnis ternak

Tapi, Frederick menilai AALI sudah memperhitungkan kondisi tersebut. Emiten ini sudah mulai melakukan penanaman kembali (replanting) untuk memenuhi kebutuhan beberapa tahun ke depan. Di semester I-2018, area replanting AALI mencapai 1.156 hektare (ha), padahal di semester pertama tahun sebelumnya hanya 347 ha. "AALI berkomitmen mengalokasikan sekitar 40% dari belanja modal untuk kegiatan penanaman kembali," papar dia.

Tapi, dampak replanting belum akan mendorong laba dalam waktu dekat. Upaya ini justru berpotensi menambah beban pokok pendapatan. Terbukti, di semester satu lalu beban pokok pendapatan AALI meningkat 13,66% (yoy) menjadi Rp 7,37 triliun. "Hasil replanting baru bisa mendatangkan keuntungan setelah usia tanaman di atas 7 tahun," imbuh Kiswoyo.

Terlepas dari itu, Frederick masih yakin terhadap prospek AALI. Apalagi, perusahaan ini kian gencar mengembangkan bisnis ternaknya. Saat ini, AALI telah memiliki 7.500 ekor sapi untuk pembibitan dan 2.500 ekor sapi untuk penggemukan (fattening).

Analis Bahana Sekuritas Gregorius Gary merekomendasikan hold AALI dengan target harga Rp 11.485 per saham. Kiswoyo dan Frederick kompak memberi rekomendasi beli AALI, masing-masing dengan target harga sebesar Rp 15.000 dan Rp 16.000 per saham.          

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×