Reporter: Wuwun Nafsiah | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Kilau emas tertutup penguatan dollar Amerika Serikat (AS). Logam mulia kian sulit unjuk gigi menjelang pertemuan dewan moneter Bank Sentral AS alias Federal Open Market Commitee (FOMC) pada 16-17 September ini.
Maklum, para pelaku pasar mengantisipasi kenaikan suku bunga The Fed. Mengacu Bloomberg, Senin (14/9) pukul 17.31 WIB, harga emas pengiriman Desember 2015 di Commodity Exchange hanya naik tipis 0,08% ke US$ 1.104,1 per ons troi. Sepanjang bulan ini, emas spot sudah turun 2,50%. Investor yang semula memegang emas mulai beralih mengoleksi dollar AS sebagai antisipasi kenaikan fed fund rate.
Andri Hardianto, Research and Analyst Fortis Asia Futures, mengatakan, investor lebih fokus pada spekulasi suku bunga The Fed. Tak heran, meski data Producer Price Index (PPI) bulanan Paman Sam kurang bagus. tidak memberatkan laju dollar AS.
Di sisi lain, data ekonomi China yang bagus sulit mengangkat harga emas. Pelaku pasar yakin, perekonomian AS cukup kuat menahan efek kenaikan suku bunga The Fed. Pasalnya, data tenaga kerja terakhir menunjukkan perbaikan. Tingkat suku bunga bulan Agustus sudah turun ke level 5,1%. Dengan posisi fed fund rate saat ini sebesar 0,25% saja, emas kurang dilirik sebagai portofolio yang menarik.
"Apalagi, jika suku bunga akhirnya naik. Investor akan beralih ke dollar AS," ujar Andri.
Itu sebabnya, ia menduga, sepanjang pekan ini, harga emas spot rawan tekanan jual. Bahkan, sekalipun The Fed menahan suku bunga, harga emas hanya bisa naik sesaat. Alasannya, proyeksi ekonomi Amerika hingga kuartal keempat masih cukup bagus. Tingkat pengangguran diperkirakan bisa menuju level 5,0%. Ini bisa menjaga penguatan dollar AS, sehingga harga emas spot sulit melesat.
Putu Agus Pransuamitra, Research and Analyst Monex Investindo Futures menilai, pergerakan harga emas cenderung mendatar. Tapi, ia memperkirakan, harganya bisa terjun ke level US$ 1.080 per ons troi, apabila The Fed mengerek suku bunga.
Namun, lanjut Putu, setelah pengumuman kebijakan suku bunga AS, pergerakan harga emas akan ikut dipengaruhi rili data ekonomi AS, seperti tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi dan sektor tenaga kerja. "Ada potensi rebound apabila data tersebut mengecewakan," imbuhnya.
Adapun indikator teknikal memperlihatkan harga emas bergerak di bawah moving average (MA) 50, MA100, dan MA200. Lalu, moving average convergence divergence (MACD) berada di level 0. Ini mengindikasikan harga netral. Relative strength index (RSI) bergerak flat di level 31. Namun, stochastic berada di level 25, sehingga terbuka peluang rebound. Prediksi Putu, hingga akhir pekan ini, emas spot di kisaran US$ 1.080-US$ 1.145 per ons troi.
Andri menebak, harga emas bisa menuju support US$ 1.075, dengan resistance di US$ 1.147 per ons troi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News