Reporter: Barratut Taqiyyah Rafie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil rebound setelah tertekan di awal sesi perdagangan hari ini. Mengutip data RTI, pada pukul 12.00 WIB, indeks mencatatkan kenaikan 0,13% menjadi 5.369,37.
Terdapat 156 saham yang melaju. Sementara, jumlah saham yang turun sebanyak 120 saham dan 57 saham lainnya diam di tempat.
Volume transaksi perdagangan siang ini melibatkan 5,730 miliar saham dengan nilai transaksi Rp 3,111 triliun.
Secara sektoral, ada enam sektor yang menyokong kenaikan indeks. Tiga sektor dengan kenaikan terbesar di antaranya: sektor pertambangan naik 1,83%, sektor konstruksi naik 0,82%, dan sektor infrastruktur naik 0,43%.
Saham-saham indeks LQ 45 yang berada di jajaran top gainers antara lain: PT Vale Indonesia Tbk (INCO) naik 5,3% menjadi Rp 2.780, PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) naik 3,48% menjadi Rp 1.485, dan PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) naik 2,38% menjadi Rp 430.
Sementara itu, di posisi top losers indeks LQ 45, terdapat saham-saham: PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turun 2,03% menjadi Rp 1.690, PT Global Mediacom Tbk (BMTR) turun 1,89% menjadi Rp 780, dan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) turun 1,75% menjadi Rp 65.875.
Kendati demikian, investor asing masih terlihat melepas kepemilikan sahamnya. Siang ini, nilai penjualan bersih (net sell) asing mencapai Rp 263,3 miliar. Sedangkan net sell asing di pasar reguler mencapai Rp 303,1 miliar.
Pergerakan IHSG siang ini dipengaruhi sejumlah faktor. Dari eksternal, adanya prospek positif kasus email yang melanda kandidat presiden AS dari Partai Demokrat Hillary Clinton menjadi pendorong bursa Asia termasuk IHSG.
Dalam suratnya ke Kongres AS, Direktur FBI James Comey menjelaskan, institusi yang dia pimpin mengambil kesimpulan bahwa kasus email Clinton bukanlah aksi kejahatan.
"Reaksi langsung menunjukkan market memandang berita anyar Clinton ini sebagai sesuatu yang positif, setidaknya untuk jangka pendek. Memang ini jauh dari kata akhir. Namun, untuk sementara waktu, market menilai ketidakpastian di market mulai menghilang," urai Richard Sichel, chief investment officer Philadelphia Trust Co kepada Bloomberg.
Sedangkan dari faktor internal, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal ketiga 2016 sebesar 5,02% year on year (YoY). Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan kuartal kedua 2016 yang sebesar 5,18% YoY, tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal ketiga 2015 yang hanya 4,73%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News