kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor otomotif diprediksi cenderung flat di 2018


Minggu, 10 Desember 2017 / 22:46 WIB
Sektor otomotif diprediksi cenderung flat di 2018


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah isu daya beli masyarakat yang lesu pada sektor otomotif, realisasi penjualan mobil sepanjang tahun berjalan masih stabil. Namun, penjualan motor secara nasional memasuki tren penurunan. Analis memproyeksikan pertumbuhan sektor otomotif cenderung bergerak mendatar.

Berdasarkan data penjualan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) pada Oktober 2017, penjualan mobil nasional sebesar 94.352 unit atau naik 7,5% dari bulan sebelumnya sebesar 87.699 unit. Sementara secara year-on-year tumbuh sekitar 2,5%. Secara keseluruhan penjualan domestik sampai Oktober sudah mencapai 898.163 unit.

Sedangkan, berdasarkan data Asosiasi Sepeda Motor Indonesia (AISI) mencatat, penjualan domestik pada Oktober 2017 sebesar 579.552 unit. Jumlah tersebut naik  6% dari bulan sebelumnya sejumlah 546.607 unit. Namun secara total penjualan dalam 10 bulan terakhir hanya 4,91 juta unit, turun tipis 0,05% dari periode sama tahun lalu yang sebanyak 4,92 unit.

Analis BNI Securities Thennesia Debora menilai, outlook sektor otomotif cenderung netral untuk akhir tahun ini hingga 2018. Ia mengkhawatirkan tahun 2018, sektor otomotif terutama motor akan semakin tertekan karena adanya potensi oversupply.

"Produksi terus meningkat di sektor otomotif, tetapi daya beli masyarakat di sektor ini cenderung turun, terlihat dari data penjualan nasional khususnya pada motor," kata Thenesia, Jumat (8/12).

Suplai berlebih kemungkinan terjadi karena penjualan domestik masih jauh di bawah tingkat produksi. Hal inilah yang membuat isu oversupply bisa menekan sektor otomotif di tahun depan. Menurut Thenesia, potensi banjir suplai kemungkinan terjadi pada kendaraan motor daripada mobil, karena penjualan mobil nasional masih lebih baik daripada motor.

Thenesia mengatakan, penjualan motor turun karena kini masyarakat cenderung beralih dari motor ke mobil Low Cost Green Car (LCGC) yang memiliki harga rendah di sekitar Rp 100 juta hingga Rp 200 juta. "Keinginan masyarakat mulai beralih dari motor ke mobil," katanya.

Selanjutnya, Thenesia memproyeksikan penjualan motor dan mobil secara nasional pada 2018 cenderung bergerak datar. Menurutnya, sentimen positif masih minim untuk sektor otomotif. Ditambah, persaingan di sektor otomotif yang semakin ketat karena munculnya pemain baru seperti, Wuling.

"Nantinya presaingan bisnis akan semakin ketat, impact-nya memang dari sisi konsumen jadi memiliki banyak pilihan, namun dari sisi produsen otomotif bisa menekan margin, diantaranya untuk biaya marketing dan lain sebagainya," papar Thenesia.

Namun, ditengah pertumbuhan penjualan mobil dan motor yang tak signifikan, emiten sektor otomotif, yaitu PT Astra International Tbk (ASII) menjadi emiten jagoan. Alasan Thenesia, pertumbuhan penjualan mobil keluaran Astra lebih tinggi dari pada pertumbuhan penjualan mobil secara nasional.

Berdasarkan data Gaikindo, PT Toyota Astra Motor (TAM) agen pemegang merek Toyota di Indonesia berhasil menduduki peringkat pertama hasil penjualan 10 besar merek mobil sampai Oktober 2017.

Thensia merekomendasikan buy saham ASII di target harga Rp 9.850 per saham. Ia memproyeksikan pendapatan ASII di 2018 mencapai Rp 193,7 triliun dan laba bersih mencapai Rp 16,1 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×