kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sejumlah katalis positif pendorong suksesnya lelang sukuk hari ini


Selasa, 10 Juli 2018 / 21:13 WIB
Sejumlah katalis positif pendorong suksesnya lelang sukuk hari ini
ILUSTRASI. Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau Sukuk Negara


Reporter: Dimas Andi | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah sanggup menyerap dana senilai Rp 8 triliun dari total penawaran yang masuk sebesar Rp 12,53 triliun pada lelang sukuk yang berlangsung hari ini (10/7). Dengan hasil ini, pemerintah mampu melampaui target indikatif yang ditetapkan sebesar Rp 4 triliun.

Di samping itu, perolehan lelang sukuk kali ini juga lebih besar ketimbang lelang sukuk sebelumnya pada 26 Juni lalu. Kala itu, pemerintah menyerap dana senilai Rp 5,15 triliun dari total penawaran masuk sebesar Rp 7,14 triliun.

Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia, Anil Kumar mengatakan, kenaikan jumlah penawaran dan penyerapan dana pada lelang hari ini tak lepas dari adanya sejumlah katalis positif di pasar obligasi Indonesia dalam beberapa waktu terakhir.

Di antaranya yield Surat Utang Negara (SUN) yang berangsur-angsur naik dan kurs rupiah yang akhir-akhir ini beberapa kali mengalami penguatan. Investor asing pun perlahan mulai melakukan aksi net buy di pasar obligasi domestik.

Hanya saja, karena seri yang paling laris diburu tergolong memiliki tenor pendek seperti SPNS11012019 dan PBS002, hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya sebagian investor masih ragu-ragu untuk mengambil risiko jangka panjang. “Mungkin beberapa investor masih khawatir karena pasar sebenarnya masih rawan koreksi,” ujarnya.

Selain itu, investor juga masih meminta yield yang cukup tinggi pada lelang hari ini. Contohnya, seri PBS002 di mana yield rata-rata tertimbang yang dimenangkannya mencapai 7,25%. Padahal tingkat imbalan yang ditawarkan hanya sebesar 5,45%.

Anil menyampaikan, fenomena tersebut merupakan konsekuensi dari kenaikan suku bunga acuan BI yang sudah tiga kali di tahun ini. Kenaikan tersebut berpotensi mendongkrak suku bunga deposito dan kredit perbankan.

“Wajar investor menginginkan imbal hasil tinggi, karena mereka tidak ingin keuntungannya kalah dari deposito,” pungkasnya.


 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×