kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham perbankan BUMN menarik, ini penjelasannya


Minggu, 10 September 2017 / 14:52 WIB
Saham perbankan BUMN menarik, ini penjelasannya


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - Penurunan BI 7-Days Repo Rate oleh Bank Indonesia Agustus lalu, nyatanya juga diiringi penurunan harga saham emiten perbankan. Analis melihat, emiten bank BUMN masih terbantu dengan proyek infrastruktur.

Bank Indonesia pada 22 Agustus lalu kembali menurunkan BI 7-Days Repo Rate dari sebelumnya 4,75% menjadi 4,5%. Di satu sisi, penurunan suku bunga acuan ini dipandang akan berdampak positif, karena seiring dengan penurunan suku bunga simpanan, suku bunga kredit pun akan tertekan.

Namun, menengok sebulan ke belakang, harga saham beberapa emiten bank justru mulai turun. Contohnya, saham Bank Central Asia Tbk. (BBCA) turun 0,66%, Bank Danamon Tbk. (BDMN) turun 3,20%, Bank Bukopin Tbk. (BBKP) juga turun 1,64%

Meski demikian, beberapa saham bank lain tetap mengalami kenaikan. Misalnya, Bank Tabungan Negara Tbk. (BBTN) naik 9,09% dan Bank Permata Tbk. (BNLI) naik 2,17%.

Analis OSO Sekuritas Riska Afriani menilai, penurunan harga saham bank dipengaruhi sentimen turunnya pengembalian dana pihak ketiga (DPK). Sementara itu, menurut Riska penurunan DPK tersebut belum diiringi dengan penurunan suku bunga kredit.

Pada kenyataannya pertumbuhan kredit memang belum begitu mentereng. Hal ini juga tergambar dari revisi turun target pertumbuhan kredit tahun 2017 oleh BI dari 10%-12% menjadi 8%-10%.

“Sebenarnya kan tujuan penurunan suku bunga acuan ini supaya single digit. Sekarang pertumbuhan kredit sejauh mana dengan penurunan suku bunga itu. Karena sekarang kan banyak juga bank yang masih double digit,” tambah Riska Jumat (8/9).

Pengaruh penurunan suku bunga yang belum diiringi dengan pertumbuhan kredit yang menggembirakan, menurut Riska cukup bisa ditahan oleh bank-bank plat merah. Meski pertumbuhan kredit turun y-o-y, bank BUMN masih diuntungkan lewat proyek infrastruktur.

“BUMN terakhir pertumbuhannya itu di 14% ya di Mei atau Juni. Nah itu pertumbuhannya dikarenakan proyek infrastruktur. Jadi perbankan BUMN menarik ya salah satunya itu,” ujar Riska.

Selain itu, Riska juga melihat bahwa bank yang punya kekhususan dan yang melakukan diversifikasi akan lebih defensif terahadap lesunya pertumbuhan kredit. Sebagai contoh, Riska menyebut BBTN yang punya pasar sendiri dengan kredit BPR nya, serta BBCA yang melakukan diversifikasi sehingga mengurangi ketergantungan terhadap kredit.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×