kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45895,29   -31,44   -3.39%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham kelas kedua yang tetap juara


Senin, 09 April 2012 / 07:50 WIB
Saham kelas kedua yang tetap juara
ILUSTRASI. Wall Street. REUTERS/Carlo Allegri


Reporter: Raka Mahesa Wardhana | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada Selasa, (3/4) berhasil mencetak rekor baru dengan menembus ke level 4.215,44. Keesokan harinya, IHSG langsung terkoreksi cukup dalam sebesar 1,93% menjadi 4.134,04. Hari selanjutnya (5/4), IHSG kembali menguat 0,78% menjadi 4.166,37.

Kepala riset MNC Securities Edwin Sebayang menilai, di tengah fluktuasi harga saham saat iniIHSG masih memiliki peluang untuk kembali menembus rekor barunya hingga ke 4.300 pada bulan April hingga Mei 2012.”Koreksi setelah mencapai rekor baru itu hanya cooling down, karena beberapa saham sudah mahal,” kata dia, Jumat (6/4).

Harga beberapa saham berkapitalisasi besar yang biasanya menjadi favorit investor pun sudah mengalami penguatan terbatas. Nah, kondisi seperti ini bisa dimanfaatkan investor untuk mencari investasi di saham lapis kedua alias saham second liner.

Saham lapis kedua bisa menjanjikan keuntungan yang lumayan. Memang, risiko fluktuasi pergerakan saham juga sepadan dengan potensi return. Para pemodal harus cermat menemukan celah untuk mengail untung dari saham-saham kategori ini.

Edwin menuturkan, beberapa faktor seperti harga saham di pasar yang masih berada bawah harga wajar dan prospek kinerja bagus, bisa menjadi dasar bagi investor untuk mengoleksi saham yang berada di lapis kedua.

Masih murah

Ambil contoh saham Total Bangun Persada Tbk (TOTL) dan Bank Jabar Banten (BJBR). Edwin menganggap kedua harga saham emiten tersebut masih murah dan layak koleksi.

Hitungan Edwin, harga wajar TOTL dan BJBR masing-masing Rp 630 dan Rp 1.500 per saham. Pada penutupan Kamis (5/4), harga TOTL dan BJBR adalah Rp 495 per saham dan Rp 1.170 per saham.

Valuasi harga saham seperti price to earing ratio (PER) bisa juga dijadikan patokan. Arief Fahrury, Analis Mega Capital Indonesia mengatakan, salah satu emiten yang masih memiliki PER kecil adalah PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).

Ia menghitung, PER RALS pada tahun ini sekitar 15 kali. Angka ini masih di bawah PER sektor ritel yang 20 kali.

Saham second liner pilihan Edwin di antaranya PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), TOTL, dan BJBR.

Arief memilih PT Intiland Development Tbk (DILD), RALS, dan PT Ace Hardware Indonesia Tbk (ACES).

Jansen Kustianto, Analis Sinarmas Sekuritas memilih PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), PT Astra Otoparts Tbk (AUTO) dan terakhir adalah PT Metropolitan Land Tbk (MTLA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×