kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45997,15   3,55   0.36%
  • EMAS1.199.000 0,50%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Garuda Indonesia tak direkomendasikan beli


Selasa, 19 Juni 2018 / 19:18 WIB
Saham Garuda Indonesia tak direkomendasikan beli
ILUSTRASI. Pesawat Garuda Indonesia di BIJB Kertajati


Reporter: Elisabet Lisa Listiani Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) kini tengah didera katalis-katalis yang buruk dengan banyaknya kasus terkait dengan pemogokan karyawan dan juga kinerja perusahaan yang masih mencatatkan kerugian.

Ditilik dari kinerja keuangannya, di sepanjang kuartal I-2018 ini, kerugian yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk GIAA mencapai US$ 65 juta. Kerugian GIAA menurun ketimbang rugi perusahaan di sepanjang kuartal I-2017 yang mencapai US$ 101 juta.

Meski demikian, total liabilitas dari perusahaan ini terus saja membengkak. Jika dilihat dari laporan keuangan perusahaan di kuartal I-2018, total liabilitas perusahaan mencapai US$ 3,9 miliar atau naik dibandingkan dengan kuartal I-2017 yang mencapai US$ 3,7 miliar.

Hans Kwee, Direktur Investa Saran Mandiri mengatakan bahwa saat ini industri penerbangan memang tengah mengalami tantangan yang cukup besar. Bagi GIAA, tantangan paling besar tentunya datang dari persaingan dengan perusahaan-perusahaan penerbangan yang lainnya. "Dengan demikian, GIAA harus menurunkan tarifnya. Meski dengan layanan sama, tarif GIAA terpaksa juga harus turun," kata Hans, Selasa (19/6).

Tantangan GIAA berikutnya berasal dari biaya operasional dari perusahaan-perusahaan penerbangan menjadi cukup tinggi. Tuntutan karyawan dan harga minyak saat ini menjadi hal yang cukup merepotkan bagi perusahaan penerbangan.

Satu-satunya solusi yang kini dimiliki oleh GIAA adalah efisiensi demi menekan beban perusahaan. Sebagai perbandingan saja, sepanjang kuartal I-2018, beban operasional GIAA mencapai US$ 1,05 miliar, sementara pendapatan perusahaan hanya mencapai US$ 983 juta.

Meski demikian, menurut Hans, perusahaan penerbangan ini baru saja mendapatkan angin segar dengan boleh terbangnya perusahaan penerbangan Indonesia ke wilayah Eropa yang menurutnya akan memberikan opsi rute penerbangan menjadi lebih banyak.

Tapi, tetap saja menurut Hans, saham-saham penerbangan bukanlah saham yang layak dikoleksi apalagi pendapatan dan beban perusahaan penerbangan tersebut cenderung lebih fluktuatif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×