kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham dan obligasi masih menarik


Kamis, 03 November 2016 / 08:24 WIB
 Saham dan obligasi masih menarik


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Aksi risk aversion alias penghindaran risiko kini sedang ramai dilakukan pelaku pasar modal. Pasalnya, unsur ketidakpastian di pasar tengah meningkat. Pelaku pasar memilih berhati-hati sembari menunggu hasil pemilu Amerika Serikat (AS) dan kebijakan bank sentral AS terkait kenaikan suku bunga.

Lalu, bagaimana mengatur portofolio yang oke untuk menghadapi ketidakpastian di pasar saat ini?

Para pakar menilai obligasi bisa digunakan untuk mengamankan investasi Anda di pasar modal. Buat Anda yang antirisiko tinggi, Perencana Keuangan Oneshildt Financial Planning Risza Bambang menyebut, ini waktu yang tepat untuk melirik surat utang negara (SUN) yang risikonya minim.

Investor dapat memilih SUN tenor menengah demi mengantongi return maksimal. Tapi kalau investor lebih suka surat utang bertenor pendek, investor bisa masuk ke obligasi korporasi.

Senada, Fund Manager BNI Asset Management Andre Varian menyarankan investor memperbesar porsi obligasi korporasi, paling tidak hingga akhir 2016. "Terutama obligasi korporasi dengan rating AA- dan berdurasi di bawah tiga tahun," ujar dia.

Ini bisa jadi cara ampuh untuk mengamankan capital gain yang sudah didapat dari SUN dan saham sepanjang tahun ini. Sejak awal tahun ini, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sudah naik sekitar 17,69%. Sedang Indonesia Composite Bond Index (ICBI) yang disusun Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) menguat 16,35% di periode yang sama tersebut.

Andre melihat obligasi korporasi dengan yield yang cukup menarik masih banyak beredar di pasar sekunder. Ia mencontohkan penawaran obligasi berkelanjutan yang dilakukan PT Maybank Indonesia Finance.

Saham menarik

Cuma, Direktur Riset & Investasi Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo punya pendapat berbeda. "Pilih obligasi korporasi bertenor lebih dari lima tahun," imbuh dia.

Soni berpendapat, besaran kupon surat utang korporasi lebih menggiurkan ketimbang obligasi negara. "Harga juga relatif stabil," terang dia. Alhasil, investor terhindar dari fluktuasi harga yang tinggi.

Meski terhindar dari risiko fluktuasi, obligasi korporasi memiliki risiko gagal bayar lebih tinggi. Karena itu, Soni lebih merekomendasikan obligasi korporasi untuk investor yang bisa menanggung risiko tinggi. Bila tidak, ia menyarankan SUN bertenor panjang. Prospek SUN tenor panjang oke karena fundamental Indonesia bagus.

Soni menilai investor juga bisa menempatkan dana di saham. Investor bisa memanfaatkan momentum kenaikan suku bunga The Fed untuk mengakumulasi saham dan obligasi. Sektor saham yang menarik dikoleksi antara lain infrastruktur, telekomunikasi dan konsumer.

Selain menaruh uang di obligasi, Risza menyarankan investor juga menaruh dana di instrumen yang likuiditasnya tinggi, seperti emas. "Nilai mata uang bisa saja jatuh sangat dalam, tapi nilai emas belum tentu," kata dia.

Bagi investor dengan profil risiko agresif, Soni menyarankan untuk mengendapkan sekitar 75% dana di saham dan 25% di obligasi. Sedang investor moderat dapat mengalokasikan asetnya pada saham dan obligasi masing-masing 50%. Lalu investor konservatif bisa mempertimbangkan menaruh 25% dana di efek saham serta efek surat utang 75%.

Soni memprediksi, hingga akhir tahun nanti IHSG dapat mencapai level 5.600. Sementara imbal hasil obligasi sepanjang tahun ini diprediksi bisa mencapai 19%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×