kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham BBNI layak dicermati meski suku bunga kian mendaki


Selasa, 25 September 2018 / 22:53 WIB
Saham BBNI layak dicermati meski suku bunga kian mendaki
ILUSTRASI. BAYAR TIKET ASIAN GAMES MELALUI BNI


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) berhasil bertumbuh di sepanjang semeseter I 2018. Meski kondisi pasar keuangan sedang tertekan karena tren kenaikan suku bunga, analis memproyeksikan kinerja BBNI masih bisa menanjak.

Berdasarkan laporan keuangan paruh pertama, pendapatan BBNI tumbuh 12,95% dari periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 26 triliun. Sementara laba bersih BBNI juga tecatat naik 15,95% menjadi Rp 7,44 triliun.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital Sekuritas mengatakan, BBNI berhasil mencatatkan kinerja positif karena secara umum bank besar atau yang tergolong bank BUKU IV juga membukukan pertumbuhan yang sama.

Selain itu, kinerja BBNI tumbuh karena tertolong oleh perbaikan kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) sehingga tidak banyak menggerus besaran provisi dalam laporan laba rugi mereka. Memang, dalam menjaga agar debitur tidak turun dalam ketegori NPL, BBNI melakukan monitoring ketat dan menagih secara intensif.

Upaya lain, BBNI juga merestrukturisasi utang debitur yang mengalami kesulitan keuangan tetapi masih prospektif bisa membayar utangnya.

Dibalik kinerja BBNI yang masih sehat, tantangan berupa suku bunga yang dalam tren naik bisa menggerus margin bunga bersih alias net interest margin (NIM). Bahkan, BBNI memproyeksikan hingga akhir 2018 akan ada koreksi penurunan NIM sebesar 10 basis poin (bps). Penurunan NIM bisa disebabkan oleh kenaikan suku bunga kredit.

Alfred mengatakan, persaingan pada bank BUKU IV dalam mendapatkan dana pihak ketiga (DPK) akan cukup ketat di tengah tren kenaikan suku bunga. Namun, pada bank BUKU IV termasuk BBNI, memiliki segmen konsumennya sendiri yang cukup kuat untuk mendapatkan DPK.

Oleh karena itu, meski memang akan terjadi penurunan NIM karena pengaruh kenaikan suku bunga simpanan mereka, Alfred mengtakan penurunan NIM tidak akan terjadi pada BBNI saja, melainkan bank besar lainnya.

Alfred mengamati segmen kuat BBNI datang dari segmen ritel dan kredit korporasi. "Kualitas segmen besar di korporasi yang ada di sektor infrastruktur dan konsumer," kata Alfred, Selasa (25/9).

Isfhan Helmy, Analis OCBC Sekuritas dalam risentnya 26 Juli 2018 mencatat, BBNI sukses menjaga pertumbuhan kredit dengan tumbuh 11% yoy di kuartal II 208. Perolehan positif tersebut didukung dari kuatnya pertumbuhan di sektor konsumer dan SME yang masing-masing tumbuh 13% dan 11%.

Selain NIM yang diproyeksikan turun, tantangan terbesar bagi BBNI selanjutnya adalah pertumbuhan kredit yang diproyeksikan melambat dalam menghadapi ketidakpastian permasalahan global serta dalam negeri yang sedang menyongsong pemilu 2019.

"Tantangan terbesar bukan dari ketakutan pasar akan adanya kenaikan suku bunga kredit tetapi lebih pada ketidakpastian yang besar ke depannya sehingga membuat konsumen perbankan tidak agresif menarik pinjaman," kata Alfred.

Namun, dengan segmen konsumen yang kuat, Alfred memproyeksikan meski terjadi penurunan NIM, BBNI masih bisa mencapai pertumbuhan laba bersih. Selain itu, faktor konsumen bank yang cenderung wait and see jelang pemilu hanya akan terjadi dalam jangka pendek.

"Fundamental BBNI masih positif pertumbuhan di semester I relatif baik dan di atas rata-rata bank BUKU IV, pertumbuhan organik yang dihasilkan dari masing-masing debitur baik ritel maupun korporasi akan mendorong kinerja BBNI," kata Alfred.

Senada, Rahmi Marina, analis Maybank Kim Eng mengatakan, volatilitas nilai tukar rupiah yang tinggi serta jelang pemilu 2019 diperkirakan bisa membuat permintaan kredit melambat untuk jangka pendek. Rami mengatakan sumber utama permintaan kredit BBNI masih datang dari segmen korporasi yang membentuk 52% dari portofolio pinjamannya. "BBNI harus fokus pada bisnis inti di segmen korporasi dan menjaga NPL di bawah 2,3% di akhir tahun," kata Rami dalam riset 20 September 2018.

Hingga akhir tahun, Alfred memproyeksikan pendapatan BBNI bisa tumbuh menjadi Rp 54 triliun dan laba bersih tumbuh menjadi Rp 15 triliun. Alfred merekomendasikan buy saham BBNI dengan target harga Rp 9.450 per saham.

Sementara, Rami merekomendasikan buy dengan target harga Rp 8.250 per saham. Hari ini, harga saham BBNI turun 0,34% ke Rp 7.350 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×