kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Saham Bank Danamon (BDMN) terus merosot, ini sebabnya


Jumat, 03 Mei 2019 / 12:06 WIB
Saham Bank Danamon (BDMN) terus merosot, ini sebabnya


Reporter: Yoliawan H | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Bank Danamon Tbk (BDMN) tercatat sahamnya terus melorot cukup tajam di dua perdagangan terakhir ini. Kemarin, saham BDMN turun hingga 19,77%. Dan, hari ini (3/5), saham BDMN kembali turun 19,72% ke level Rp 5.700. Saham BDMN pun mentok auto rejection bawah.

Di sisi kinerja, laba bersih setelah pajak tercatat sebesar Rp 933 miliar. Posisi tersebut menyusut 11% yoy bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,04 triliun.

Menanggapi kondisi ini, Analis Panin Sekuritas, William Hartanto mengatakan, pemberat BDMN salah satunya dari rencana BDMN akan dihapuskan dari MSCI Global Standard Index. Selain itu kabar The Fed yang sulit menurunkan suku bunga tahun ini ikut menjadi beban.

“Tidak juga (efek akusisi free float turun), likuiditas dipengaruhi oleh peredaran saham dan minat pelaku pasar. Kalau tidak diminati, sebanyak apa saham beredarnya akan tetap tidak likuid,” ujar William kepada Kontan, Jumat (3/5). Laporan keuangan pun belum sesuai dengan ekspektasi.

Senada, Nafan Aji, Analis Binaartha Sekuritas mengatakan, efek keluar dari MSCI dan penurunan kinerja jadi penyebab besar BDMN turun cukup dalam.

Selain itu menurutnya, efek dari mergernya MUFG, timbul asumsi bahwa MUFG adalah mayoritas pemegang saham BDMN. Jadi terdapat skenario buruk, misalnya kinerja BDMN turun, maka MUFG bisa saja akan mengurangi jumlah kepemilikan saham tersebut.

Terkait isu The Fed yang sulit turunkan bunga, Nafan menilai jika target inflasi Amerika Serikat (AS) di kisaran 2% tidak tercapai, maka The Fed seyogyanya menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 bps.

“Hanya saja yang menjadi faktor penghalang penurunan suku bunga itu adalah karena data GDP AS kuartal I menjadi 3,2%, melebihi proyeksi The Fed sebesar 2,4%,” ujar Nafan.

Menurutnya, sebaiknya investor menunggu hasil dari nonfarm payroll AS dan data pertumbuhan ekonomi Indonesia karena saat ini sentimen positif besar belum terlihat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×