Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Sepekan terakhir, pergerakan rupiah cenderung tertekan terhadap dollar AS. Dominasi sentimen negatif bagi pergerakan rupiah masih berasal dari global.
Pada minggu ini, rupiah bergerak di kisaran 9.420-9.475. Menjelang akhir pekan, Jumat(13/7) pukul 09.44 WIB, pasangan (USD/IDR) dibuka terdepresiasi ke posisi 9.488 dari 9.436 pada hari sebelumnya.
Dealer Forex Bank Rakyat Indonesia (BRI) Taufan Tito menyebut, tekanan pada rupiah tergiring dari merosotnya nilai mata uang euro terhadap dollar AS, yang sepekan sempat ke posisi 1,2167. Indeks dollar AS kemarin juga masih ditutup pada level tertingginya selama hampir dua tahun belakangan, yaitu di level 83,65.
Selain itu level Non Delivery Forward (NDF), perdagangan rupiah di pasar valas luar negeri masih melemah ke posisi Rp 9.520 per dollar AS sampai penutupan kemarin (12/7).
Oleh karena itu, menurut Taufan, pelemahan yang banyak pada rupiah di NDF kemarin, membuka peluang rupiah terhadap dollar AS terdepresiasi sampai level 9.500 per dollar AS pada perdagangan valas domestik hari ini (13/7).
Sedangkan untuk seminggu ke depan, Taufan meneropong, tekanan terhadap mata uang Garuda masih akan berlanjut, dengan depresiasi yang lebih dalam lagi. "Pasangan USD/IDR bisa bergerak di 9.440-9.500 untuk periode mingguan," tutur Taufan kepada KONTAN.
Pekan depan, pasar masih akan digerakkan oleh sentimen dari Uni Eropa, yakni terkait realisasi pertemuan pimpinan Eropa Juni lalu. Dari domestik, kemarin pejabat Bank Indonesia (BI), sempat mengumumkan revisi target pertumbuhan ekonomi ke 6%-6,5% dengan tidak menurunkan tingkat suku bunga acuan di 5,75%.
Menurut Taufan, hal tersebut menandakan BI sebetulnya sudah berada dalam kondisi waspada dalam menghadapi krisis Eropa ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
