kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rupiah menanti data neraca perdagangan


Jumat, 30 Januari 2015 / 19:34 WIB
Rupiah menanti data neraca perdagangan
ILUSTRASI. Petugas melakukan pengisian bahan bakar minyak di sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Minyak Umum (SPBU), Jakarta, Selasa (31/1/2023). KONTAN/Fransiskus SImbolon


Reporter: Veri Nurhansyah Tragistina | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Rupiah masih akan bergerak fluktuatif pada perdagangan pekan depan. Data neraca perdagangan dan inflasi terbaru akan dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) awal pekan depan bakal menjadi sentimen utama yang menentukan pergerakkan rupiah. 

Pada Jumat (30/1), rupiah di pasar spot ditutup melemah 0,71% ke level Rp 12.672 per dollar AS. Dalam sepekan ini, rupiah tercatat sudah terkoreksi 1,32%. Sementara kurs tengah Bank Indonesia (BI) menunjukkan rupiah melemah 0,88% menjadi Rp 12.625 per dollar pada perdagangan kemarin. 

Ekonom Samuel Asset Manajemen, Lana Soelistianingsih mengatakan, sentimen global menjadi penyebab utama koreksi rupiah. Dalam sepekan ini, banyak bermunculan perkembangan terbaru terutama dari Eropa dan Amerika Serikat (AS). 

Dari Eropa tentunya masih berkisar dari kisruh politik yang terjadi di Yunani. Hasil pemilu yang dimenangkan oleh kubu oposisi, Partai Syrizia, menimbulkan ketidakpastian baru di Zona Euro. 

Pasalnya, kubu ini cenderung anti-pengetatan dan anti-bailout sehingga dicemaskan bakal mendorong Yunani keluar dari Zona Euro. "Sentimen global ini membuat dollar AS menguat hampir ke seluruh mata uang termasuk rupiah," kata Lana, Jumat (30/1). 

Analis PT Bank Himpunan Saudara Tbk, Rully Nova menambahkan, kuatnya sentimen global otomatis menjungkalkan rupiah lantaran dari dalam negeri memang sedang kekurangan hawa positif. Beberapa rilis terbaru mengenai indikator ekonomi baru akan dirilis pekan depan.

"Kita masih wait and see mencermati data terbaru defisit neraca perdagangan dan inflasi Desember 2014 yang baru akan diumumkan pekan depan," ujar Rully. Sebelumnya, BPS sudah mengumumkan defisit neraca perdagangan per November 2014 mencapai US$ 425,7 juta. 

Padahal, pada bulan sebelumnya, neraca perdagangan Indonesia surplus US$ 23,3 juta. Melebarnya defisit neraca dagang di November, sempat menekan mata uang rupiah di pekan pertama Januari lalu. 

Rully bilang, rupiah berpotensi kembali koreksi di pekan depan jika data indikator ekonomi Indonesia kembali memburuk. Lana juga memperkirakan tekanan pada rupiah masih akan besar di pekan depan. 

Prediksi Rully, rupiah akan bergerak di rentang tipis Rp 12.550-Rp 12.600 di pekan depan. Sementara Lana memproyeksikan rentang pergerakkan rupiah di Rp 12.500-Rp 12.650 per dollar AS. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×