kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Risiko investasi Indonesia berpotensi membaik


Selasa, 21 Maret 2017 / 20:34 WIB
Risiko investasi Indonesia berpotensi membaik


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Persepsi risiko investasi dalam negeri berpeluang terus membaik pada paruh pertama tahun 2017.

Risiko investasi Indonesia setidaknya tercermin pada angka credit default swap alias CDS. Semakin rendah angka CDS mengindikasikan persepsi risiko investasi suatu kawasan yang mengecil. Sebaliknya, jika angka CDS membesar, berarti risiko investasi daerah tersebut kian tinggi.

Merujuk Bloomberg pada Selasa (21/3), CDS Indonesia bertenor lima tahun tercatat di level 127,83, membaik 19,03% dari posisi akhir tahun 2016 yang mencapai 157,89.

Anil Kumar, Fixed Income Fund Manager Ashmore Asset Management Indonesia berujar, sejak awal tahun 2017, persepsi risiko investasi Tanah Air kian membaik. Memang sempat muncul kekhawatiran terkait kenaikan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atawa The Fed sebesar 25 bps menjadi 0,75% - 1% pada 16 Maret 2017.

Beruntung, pekan lalu Gubernur The Fed Janet Yellen mengeluarkan pernyataan dovish. Intinya, mereka tengah menantikan kebijakan fiskal Presiden AS Donald Trump yang hingga saat ini belum dirinci. Semisal pemangkasan pajak maupun rencana anggaran belanja.

"Sembari nunggu kejelasan itu, market rally dulu. Dengan kata lain, pasar lagi underestimate kemungkinan Trump melayangkan stimulus fiskal," terangnya. Walhasil, pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia kompak menghijau.

Desmon Silitonga, Fund Manager Capital Asset Management sepakat, aksi kenaikan suku bunga The Fed justru berimbas positif bagi Tanah Air. Sebab, ketidakpastian global akhirnya berkurang. Investor sejatinya juga sudah mengantisipasi hal tersebut. Maklum, Negeri Uwak Sam sudah menggaungkan rencananya sejak beberapa waktu lalu.

Apalagi dari dalam negeri, Indonesia disokong perbaikan fundamental makro ekonomi. Mulai dari stabilitas rupiah, terkendalinya inflasi, cadangan devisa, neraca perdagangan, hingga pertumbuhan ekonomi.

Katalis positif juga berasal dari perbaikan outlook Indonesia menjadi positif dari lembaga pemeringkat internasional Fitch Ratings dan Moody's beberapa waktu lalu. Bahkan dua pekan sebelumnya, lembaga pemeringkat asal Jepang, Japan Credit Rating Agency, Ltd menghadiahi peningkatan outlook peringkat kredit Indonesia dari stabil menjadi positif. Ini sekaligus mengafirmasi peringkat utang jangka panjang berdenominasi valuta asing Indonesia pada peringkat BBB-.

Faktor pendorongnya, perbaikan iklim investasi yang dipicu paket kebijakan ekonomi. Serta terkendalinya utang luar negeri swasta.

Bank Indonesia (BI) pada pertemuan 15 Maret 2-17 - 16 Maret 2017 juga mempertahankan suku bunga acuan di posisi 4,75%. "Memang belum ada alasan untuk menaikkan suku bunga. Dipertahankan lebih baik karena rupiah kita tidak bergoyang tiga bulan terakhir," terangnya.

Oleh karena itu, Desmon optimistis CDS Indonesia akan cenderung membaik di paruh pertama tahun 2017. Amunisi bersumber dari keberhasilan program pemgampunan pajak atawa tax amnesty. Apalagi Standard & Poor's berpotensi menaikkan rating Indonesia menjadi investment grade pada Mei 2017 mendatang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×