kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45932,69   4,34   0.47%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Restrukturisasi kredit BBCA bisa mencapai Rp 82 triliun, analis tetap sarankan beli


Senin, 08 Juni 2020 / 06:30 WIB
Restrukturisasi kredit BBCA bisa mencapai Rp 82 triliun, analis tetap sarankan beli


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) memangkas target margin laba bersih di tahun 2020. Ini sebagai akibat restrukturisasi pinjaman di April 2020. 

Christopher Andre Benas Analis RHB Sekuritas dalam riset 28 Mei 2020 mengatakan, BBCA memperkirakan restrukturisasi kredit bisa mencapai Rp 65 triliun hingga Rp 82 triliun karena pandemi virus corona. Angka ini setara dengan 10% - 14% dari kredit yang disalurkan di tahun ini. Restrukturisasi yang dilakukan BCA adalah dengan perpanjangan tenor pinjaman atau memangkas bunga dan pokok pinjaman. Sehingga ini bisa mempengaruhi net interest margin (NIM). 

Manajemen BBCA memperkirakan NIM bisa di kisaran 5,7%-6%, turun dari saat ini di 6,1%. Tapi menurut Christoper, penurunan NIM akan jauh lebih kecil dan diperkirakan menyusut 100 bps-120 bps. 

Baca Juga: BCA getol kucurkan kredit antar bank, ini kata manajemen

Di kuartal 1 tahun ini, BBCA mencatatkan pertumbuhan simpanan kuartal 1 tahun 2020 mencapai 16,8% secara year on year (yoy) tertinggi sejak tahun 2016. Christoper mengatakan, pertumbuhan simpanan industri hanya tumbuh 6,4% pada periode yang sama. 

Tak hanya itu, Christoper menambahkan, kemampuan BCA untuk mengembangkan perbankan transaksinya yaitu funding franchise tidak tertandingi dibandingkan bank lain. Hal ini membuat BBCA bisa meningkatkan jumlah simpanan. 

Meskipun loan to deposito (LDR) jatuh ke 82,6%, manajemen mengharapkan biaya pendanaan menurun sebesar 10 - 20 bps di masa depan. Christoper menyebut, kondisi ini bisa membantu BCA mempertahankan kompresi NIM yang lebih kecil dibandingkan dengan bank lain. 

Tingkat rasio kredit macet (NPL) BCA menurut Christoper juga meningkat lebih dari 200% karena adanya pandemi virus corona. Manajemen memperkirakan biaya kredit atau cost of credit (CoC) BCA akan di kisaran 1,9%-2,25% di sisa tahun ini tertinggi dari beberapa tahun lalu. NPL dan pinjaman berisiko menurut Christoper akan meningkat 1,6% dan 4,7% relatif tinggi tetapi masih lebih rendah dari industri. 

Baca Juga: Perbankan meminta OJK memperpanjang stimulus pencadangan

"Kami juga menurunkan target pendapatan BCA 8% karena pertumbuhan kredit yang lebih rendah ditambah dengan biaya kredit yang lebih tinggi. Akibatnya NIM akan terkompresi," jelas Christoper dalam riset. Ia menargetkan laba bersih BBCA akan turun menjadi Rp 26,79 triliun dari tahun 2019 sebesar Rp 28,56 triliun. 

Sedangkan pertumbuhan kredit akan sebesar 1,8% sebesar Rp 616,86 triliun. Sementara konsesus memperkirakan pertumbuhan kredit BBCA 6,2% menjadi Rp 627,05 triliun. 

Meski begitu, Christoper menyarankan beli dengan target harga di Rp31.900 per saham. Ia beralasan, funding franchise yang solid dan risiko cukup terkelola. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×