kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,95   -19,57   -2.09%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Restrukturisasi Bank Danamon (BDMN) bertambah karena Adira, analis sarankan jual


Senin, 22 Juni 2020 / 06:30 WIB
Restrukturisasi Bank Danamon (BDMN) bertambah karena Adira, analis sarankan jual


Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Avanty Nurdiana

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Danamon Tbk (BDMN) akan tertekan karena restrukturisasi kredit nasabah yang terimbas pandemi lebih tinggi. Pada akhir Mei 2020, Bank Danamon (BDMN) telah sepakat untuk memberi restrukturisasi pinjaman Rp 25 triliun. 

Jumlah pinjaman yang direstrukturisasi naik empat kali lipat dari restrukturisasi yang dilakukan Bank Danamon pada April 2020. Peningkatan restrukturisasi terbesar terlihat dari pembiayaan otomotif yang berada pada anak usahanya PT Adira Dinamika Multi Finance Tbk (ADMF). 

Baca Juga: Penurunan Rating Emiten Berlanjut, Ini Saran Analis untuk Saham CTRA, MDLN, dan BDMN*

Kondisi tersebut membuat Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Rahmi Marina dalam riset Rabu 17 Juni 2020 menaikkan asumsi restrukturisasi kredit menjadi 27% dari total pinjaman dari sebelumnya 22%. Penyesuaian ini membuat perkiraan margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) Bank Danamon turun 10 bps menjadi 7,7%. 

Meski begitu, Maybank tidak mengubah non performing loan (NPL) Bank Danamon. "Restrukturisasi yang semakin tinggi akan membantu BDMN untuk mencegah NPL lebih dari target 4% di tahun ini," jelas Rahmi dalam riset. Tak hanya itu, berdasarkan asumsi NPL ini, perkiraan biaya kredit tahun 2020 tidak berubah di level 4,2%. 

Pada gilirannya, Loan Loss Coverage (LLC) Bank Danamon akan menjadi 158%. Sebaliknya, manajemen Bank Danamon memutuskan bahwa rasio cakupan akan lebih besar dari rata-rata perbankan di 213%. "Kami melihat kompresi pendapatan lebih lanjut," terang Rahmi dalam riset. 

Baca Juga: Sambut Lebaran, Bank Danamon sediakan uang tunai Rp 3 triliun

Maybank memperkirakan, pendapatan operasi BDMN akan naik menjadi Rp 19,9 triliun di tahun ini dari tahun 2019 sebesar Rp 18,66 triliun. Sedangkan pada tahun 2021, operating income BDMN menjadi Rp 19,73 triliun. 

Sedangkan laba bersih BDMN diperkirakan menjadi Rp 2,32 triliun pada tahun ini dari tahun 2019 sebesar Rp 2,44 triliun. Sedangkan di tahun 2021 laba bersih BDMN menjadi Rp 2,7 triliun. "Target laba bersih sebesar Rp 2,3 triliun sudah kami turunkan 3,7% dari proyeksi awal," terang Rahmi. 

BDMN bisa menjadi positif setelah bekerjasama dengan MUFG yang diharapkan bisa menghasilkan pinjaman berkualitas lebih tinggi dan pada akhirnya ROE Bank Danamon akan menjadi lebih menarik. 

Baca Juga: Laba Bank Danamon dan Bukopin Kuartal I 2020 Masih Menanjak

Karena alasan tersebut, Rahmi menyarankan jual saham BDMN dengan target harga di Rp 2.600 per saham. 

Risiko lain yang dihadapi BDMN adalah likuiditas saham yang terbatas. Saat ini, jumlah saham beredar BDMN hanya 5,9% setelah dibeli MUFG. Bank ini tengah berbincang dengan regulator untuk memperpanjang batas waktu menambah jumlah beredar menjadi 7,5% sesuai ketentuan BEI. BDMN telah melewatkan batas waktu 30 April 2020. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×