kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Reli harga minyak WTI diprediksi berlanjut


Selasa, 21 Februari 2017 / 19:05 WIB
Reli harga minyak WTI diprediksi berlanjut


Reporter: Namira Daufina | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Laporan terkikisnya produksi minyak OPEC seperti yang diharapkan pasar, berhasil mengerek laju harga minyak mentah.

Meski demikian, harga minyak jenis west texas intermediate (WTI) diperkirakan belum akanĀ  menembus level US$ 55,00 per barel akibat kekhawatiran masih akan melonjaknya produksi Amerika Serikat.

Mengutip Bloomberg, Selasa (21/2) pukul 17.02 WIB, harga minyak WTI kontrak pengiriman Maret 2017 di New York Mercantile Exchange melompat 1,03% ke level US$ 53,95 per barel dibanding hari sebelumnya.

Nizar Hilmy, Analis SoeGee Futures mengatakan, laporan produksi harian OPEC Januari 2017 yang turun hingga 890.000 barel menjadi 32,14 juta barel per hari menjadi capaian yang memuaskan pasar. Angka ini cukup signifikan dari target yang dipatok sebesar 1,8 juta barel per hari.

"Di saat yang sama tersiar juga kabar bahwa ada kemungkinan OPEC akan memperpanjang waktu pemangkasan dan juga memperbesar target level pemangkasan produksinya," tutur Nizar.

Hanya saja hal tersebut baru spekulasi dan detilnya belum disampaikan ke pasar. Meski hal tersebut diperkirakan bisa mendongkrak harga minyak WTI ke atas level US$ 54,00 per barel.

Gambaran fundamental ini yang mengarahkan pada dugaan harga minyak WTI bakal terjaga kenaikannya. Apalagi terdapat laporan dari Arab Saudi yang mencatatkan kenaikan ekspor yang signifikan di akhir tahun 2016.

Laporan Joint Organisations Data Initiative menjabarkan, ekspor minyak mentah Arab Saudi naik 7,65 juta barel per hari secara rata-rata bulanan di 2016 dibanding rata-rata bulanan di 2015 yang hanya 7,39 juta barel per hari. "Walau juga harus mewaspadai beban negatif yang datang dari kekhawatiran kenaikan produksi dari AS," kata Nizar.

Memang dilaporkan oleh Baker Hughes Inc, jumlah rig pengeboran aktif AS hingga pekan lalu mencapai 597 unit atau level tertingginya sejak November 2015 lalu.

"Sentimen dari OPEC memang lebih besar dampaknya bagi harga minyak WTI, tapi tidak bisa dipungkiri kekhawatiran akan produksi AS yang berpotensi naik juga menahan kenaikan harga minyak WTI," jabar Nizar.

Hal tersebut yang pada akhirnya menjadi penyebab harga minyak WTI belum mampu menembus level US$ 55 per barel walau terus berada di atas level US$ 52 per barel selama beberapa waktu terakhir.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×