kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rata-rata laba emiten big cap merosot 7,5%


Jumat, 28 Agustus 2015 / 18:36 WIB
Rata-rata laba emiten big cap merosot 7,5%


Reporter: Amailia Putri Hasniawati | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kinerja emiten-emiten berkapitalisasi pasar jumbo sepanjang semester I-2015 rata-rata mengalami penurunan laba sebesar 7,3% secara year-on-year (yoy). Ada 20 emiten yang masuk dalam kategori ini.

Namun, PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) belum memberikan laporan keuangan lantaran masih dalam tahap penelaahan terbatas (limited review). Dari 19 emiten big cap yang telah mengumpulkan laporan keuangan Juni 2015, hanya delapan yang mencatatkan peningkatan laba secara komprehensif.

Kedelapan emiten itu adalah PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) dengan laba meningkat dasri Rp 8,18 triliun menjadi Rp 8,19 triliun. Laba komprehensif PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) bertambah sekitar 2,9% dari Rp 2,85 triliun menjadi Rp 2,93 triliun.

Lalu, ada PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang naik sebesar 6,02% menjadi Rp 11,05 triliun. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) sepanjang Januari-Juni 2015 juga mencatatkan peningkatan laba komprehensif dari Rp 1,02 triliun menjadi Rp 1,1 triliun.

Lalu, PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) berhasil menorehkan kenaikan laba sebesar Rp 1,67 triliun. Angka ini naik sebesar 30,32% yoy. PT United Tractors Tbk (UNTR) berhasil mencatatkan pertumbuhan laba positif pada enam bulan pertama 2015 sebesar 23,14% menjadi Rp 3,8 triliun.

Kemudian, laba PT Elang Mahkota Teknologi Tbk (EMTK) meroket 143,55% dari Rp 670 miliar menjadi Rp 1,62 triliun. PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) pun berhasil membukukan kenaikan laba dari Rp 360 miliar menjadi Rp 650 miliar. Adapun, 11 emiten lainnya mencatatkan penurunan laba.

Seperti, PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) yang labanya merosot sebesar 0,1% menjadi Rp 4,9 triliun. Laba PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) juga terpelanting. Masing-masing penurunannya sebesar 2,5%, 6,41% , dan 60,07%.

Raksasa otomotif, PT Astra International Tbk (ASII) juga harus mengalami penurunan laba dari Rp 11,55 triliun menjadi Rp 10,52 triliun. Begitu pula dengan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) yang labanya longsor hingga 93,2% menjadi Rp 190 miliar dari Rp 2,73 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) juga harus menelan kemerosotan laba sebesar 9,65% menjadi Rp 2,26 triliun. PT Semen Gresik Tbk (SMGR) pun demikian, labanya turun dari Rp 2,72 triliun menjadi Rp 2,32 triliun. Laba PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF) dan PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk (MIKA) masing-masing anjlok sebesar 9,27% menjadi Rp 2,46 triliun dan 37,31% menjadi Rp 330 miliar.

Laba PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) merosot 15,75% dari Rp 574,29 miliar menjadi Rp 483,8 miliar. Tito Sulistio, Direktur Utama BEI mengatakan, kendati rata-rata laba emiten big cap itu menurun, namun semua masih mencatatkan laba alias tidak merugi. Emiten-emiten tersebut menguasai sekitar 70% transaksi dan market cap di BEI.

Adapun, dari total 444 emiten yang sudah menyampaikan laporan keuangan semester I-2015, sebanyak 328 emiten atau 73% di antaranya mencatatkan laba. Rata-rata pertumbuhan laba mencapai 63,9% yoy. "Berbeda seperti tahun 1998, 70% emiten merugi," ujarnya.

Hal ini, lanjutnya, mencerminkan fundamental perusahaan masih baik. Sehingga, saham-saham di Indonesia masih prospektif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×