kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

PT Timah (TINS) merevisi target pertumbuhan laba bersih 2018


Senin, 17 Desember 2018 / 20:29 WIB
PT Timah (TINS) merevisi target pertumbuhan laba bersih 2018
ILUSTRASI. Timah Batangan


Reporter: Krisantus de Rosari Binsasi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Timah Tbk (TINS) merevisi target laba bersih di sepanjang tahun 2018 ini. Sebelumnya perusahaan tambang ini menargetkan pertumbuhan laba bersih di tahun ini naik 99% year on year (yoy) menjadi Rp 1 triliun. Namun karena di Oktober baru tercapai seperempat dari target, maka target tersebut diturunkan ke Rp 900 miliar.

Sekretaris Perusahaan PT Timah Amin Haris menyatakan, selama tiga bulan ini TINS sudah berupaya untuk menggenjot produksi. "Selain itu, dari peralatan produksi yang sudah jalan, kami menggunakan alat peningkatan high grade sehingga targetnya pasti bakal tercapai. Lalu terkait dengan penertiban illegal minning yang sudah semakin baik berdampak positif pada produksi," kata dia kepada kontan.co.id, Minggu (16/12).

Untuk mencapai target tersebut, TINS juga terus berupaya untuk meningkatkan kinerja keuangan dan menjaga margin di tengah penurunan harga timah. Amin bilang, pihaknya telah melakukan efisiensi di semua lini biaya baik biaya produksi maupun biaya nonproduksi.

Untuk biaya Bahan Bakar Minyak (BBM) misalnya, Amin bilang, TINS bersinergi dengan anggota holding untuk melakukan negosiasi harga dengan Pertamina. "Lalu untuk biaya produksi bijih timah juga kami turunkan. Sementara pada biaya nonproduksi seperti biaya bunga kita juga melakukan negosiasi dengan perbankan untuk mencari pinjaman dengan biaya termurah," terangnya.

Selain itu, Amin juga mengungkapkan bahwa pihaknya juga menerapkan efisiensi lewat borehole mining. "Borehole mining untuk darat dan masih berjalan. Saat ini keuntungannya adalah selain efisien juga ramah lingkungan," paparnya.

Amin pun menambahkan bahwa penggunaan borehole mining atau sub surface mulai dipakai sejak awal 2018 dan biayanya masih tinggi karena produksi TINS juga meningkat.

Sekadar info, TINS membukukan pendapatan pada periode sembilan bulan pertama tahun ini sebesar Rp 6,80 triliun. Jumlah ini naik tipis 2,72% dari Rp 6,62 triliun pada periode yang sama di tahun lalu.

Pendapatan TINS ditopang oleh penjualan logam timah dan tin solder yang berkontribusi sebesar Rp 6,18 triliun pada kuartal III 2018. Jumlah ini naik tipis 4,56% dibanding periode yang sama tahun lalu.

Penjualan tin chemical berkontribusi sebesar Rp 358,45 miliar atau naik 32,34%. Sementara pendapatan dari rumahsakit pada kuartal III tahun ini menyumbang sebesar Rp 151,51 miliar atau turun 9,4% dibanding periode serupa di tahun lalu.

Lalu pendapatan dari real estate pada triwulan ketiga 2018 menyumbang sebesar Rp 38,29 miliar, naik dari Rp 2,02 miliar pada triwulan ketiga 2017.

Pendapatan dari jasa galangan kapal turun 5% dari Rp 6,48 miliar pada periode sembilan bulan pertama tahun lalu menjadi Rp 6,14 miliar pada periode sembilan bulan pertama tahun ini. Sedangkan pendapatan dari penjualan nikel baru berkontribusi pada kuartal III 2018 sebesar Rp 61,75 miliar.

Beban pokok pendapatan di kuartal III ini juga ikut naik 5% menjadi Rp 5,71 triliun dari Rp 5,46 triliun pada kuartal III tahun lalu. Kenaikan beban pokok yang lebih tinggi ketimbang kenaikan pendapatan ini menyebabkan laba kotor TINS turun 6% menjadi Rp 1,15 triliun.

Namun, beban keuangan TINS yang naik 69% menjadi Rp 200,40 miliar dari sebelumnya Rp 118,54 miliar. Alhasil laba bersih TINS tergerus 14,98% dari Rp 300,57 miliar menjadi Rp 255,54 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×