kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pre-IPO untungkan emiten dan investor ritel


Kamis, 08 Maret 2018 / 07:48 WIB
Pre-IPO untungkan emiten dan investor ritel
ILUSTRASI. IPO RS Hermina


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sebelum terjun ke pasar modal, perusahaan kerap bermanuver melalui aksi pre-IPO. Strategi ini dinilai menguntungkan emiten maupun investor ritel.

Aksi pre-IPO cukup menarik dan kerap menjadi opsi perusahaan sebelum go public. Strategi pre-IPO bisa digambarkan dengan aksi suntik modal sebelum perusahaan menawarkan saham perdana kepada publik atau initial public offering (IPO).

Hal ini misalnya terjadi pada PT Medikaloka Hermina (Hermina Group). KONTAN mencatat, Hermina berencana menggelar IPO pada tahun ini. Pada September 2017, private equity Creador menginvestasikan Rp 600 miliar (US$ 45 Juta) untuk membeli saham minoritas Hermina.

Kepala Riset MNC Sekuritas Edwin Sebayang menilai, masuknya private equity sebelum IPO bisa mempengaruhi harga saham perusahaan saat dilepas ke publik. Hal ini bisa mengangkat valuasi perusahaan tersebut.

Menurut Edwin, bila perusahaan hendak IPO, memang lebih bagus ada private equity. "Dengan begitu ada standby buyer," kata dia, Rabu (7/3). Dengan demikian, dana yang mungkin diperoleh emiten semakin pasti.

Menurut Edwin, hal ini tak akan merugikan investor ritel nantinya. Justru masuknya private equity bisa menambah kepercayaan investor dan meningkatkan kredibilitas calon emiten.

Kepala Riset Infinitum Advisory Agustini Hamid mengamini, strategi pre-IPO akan berimbas positif ke calon emiten maupun investor yang membeli saham saat IPO. "Ketika ada modal disetor dari private equity, artinya mereka punya ekspektasi terhadap perusahaan ke depan," ujar Agustini. Meski demikian, ia memberikan catatan, imbas positif akan terasa jika ada modal disetor, bukan backdoor listing.

Selain kredibilitas, masuknya investor bisa membantu perusahaan membenahi diri, terutama menata laporan keuangan dan menjaga transparansi. "Sebelum IPO mereka menggunakan jasa keuangan yang benar-benar mengerti pasar modal," ujar Agustini.

Namun pre-IPO tak serta merta menjamin saham yang ditawarkan menarik bagi publik. Pelaku pasar tetap harus mencermati tujuan IPO. Jika untuk melanjutkan ekspansi, tentu lebih menjanjikan.

Agustini menilai, tahun ini perusahaan pertambangan yang menggelar IPO akan lebih menarik. Sebab, permintaan batubara tiga bulan terakhir masih tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×