kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perry Warjiyo sebut dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi tak besar


Senin, 04 Juni 2018 / 18:43 WIB
Perry Warjiyo sebut dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi tak besar
ILUSTRASI. Gubernur BI Perry Warjiyo


Reporter: Adinda Ade Mustami | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tak seperti biasanya, inflasi satu bulan sebelum lebaran yang jatuh di bulan Mei 2018 tercatat hanya 0,21%. Angka ini jauh lebih rendah dibanding inflasi satu bulan sebelum lebaran pada tahun-tahun sebelumnya yang lebih dari 0,5%.

Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, rendahnya inflasi saat ramadan tahun ini membuktikan bahwa pemerintah dan BI berkomitmen untuk terus memastikan kestabilan harga. Bahkan, pelemahan rupiah yang terjadi pun tak signifikan mempengaruhi inflasi.

"Ini sebagai bukti dampak pelemahan nilai tukar terhadap inflasi itu sebetulnya tidak besar, nah kecil," Perry di Gedung Kementerian Keuangan (Kemkeu), Senin (4/6).

Perry juga mengatakan, rendahnya inflasi Mei tahun ini juga membuktikan proyeksi sejumlah analis bahwa depresiasi rupiah akan menyebabkan melambungnya inflasi.

"Itu juga memberikan bukti sejumlah analis yang mengatakan kemarin bahwa nilai tukarnya melemah, inflasi melambung dan segala macam. Itu (inflasi rendah) juga merupakan bukti nyata," tambahnya.

Asal tahu saja, depresiasi nilai tukar rupiah di bulan Mei cenderung lebih dalam dibanding bulan sebelumnya. Di bulan Mei, kurs rupiah menembus level Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS).

Berdasarkan kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR), depresiasi terdalam sepanjang Mei 2018 menyentuh level 14.205 per dollar AS.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengatakan bahwa rendahnya inflasi Mei menunjukkan terjaganya ekonomi nasional saat ini. Sebab, stabilitas menjadi hal penting saat ekonomi global masih diliputi ketidakpastian.

"Ini menunjukkan sekali lagi kami, pemerintah dan Bank Indonesia menjaga agar daya beli masyarakat tidak tergerus," tambah dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×