kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perburuan obligasi korporasi dimulai


Senin, 16 Januari 2017 / 07:55 WIB
 Perburuan obligasi korporasi dimulai


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Pada pekan ketiga Januari 2017, pasokan surat utang emiten mulai mengalir. Obligasi korporasi pertama yang dijajakan tahun ini berasal dari PT Bank Bukopin Tbk senilai Rp 1,6 triliun.

Menurut catatan Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), ​​Obligasi Subordinasi Berkelanjutan II Bank Bukopin Tahap II Tahun 2017 ​tersebut berkupon tetap 11% per tahun. Instrumen bertenor tujuh tahun ini akan kedaluwarsa pada 31 Januari 2024. ​ Surat utang ini akan ditawarkan pada 24-26 Januari 2017.
Obligasi ini baru akan dicatat di Bursa Efek Indonesia pada 1 Februari 2017.

Desmon Silitonga, Fund Manager Capital Asset Managemen​​t, berpendapat, ​​surat utang besutan Bank Bukopin ini akan laris di pasar primer. Kupon yang ditawarkan cukup menarik, lebih dari 330 basis poin di atas yield surat utang negara (SUN) bertenor sama.
"Tahun sebelumnya kupon obligasi korporasi perbankan pasti satu digit. Tapi ini malah 11%, sudah masuk fair itu," terang dia.

Apalagi, PT Pemeringkat Efek Indonesia (PEFINDO) menyematkan rating idA+ bagi obligasi ini. Analis memprediksi, investor institusi seperti perbankan, dana pensiun, asuransi dan manajer investasi akan memburu obligasi korporasi ini.

Desmon juga optimistis prospek industri perbankan akan membaik. Kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) berpotensi mengecil. Likuiditas perbankan juga mulai longgar. Di sisi lain, pemerintah Indonesia siap mendorong belanja modal infrastruktur.

"Pergerakan rupiah juga sangat berdampak pada perbankan," terang dia.

Return lebih rendah

Tahun ini, Desmon memprediksi rata-rata imbal hasil obligasi korporasi akan mencapai sekitar 10%. Ini memang lebih rendah daripada imbal hasil rata-rata obligasi korporasi tahun lalu, sebagaimana tercermin dari INDOBeX Corporate Total Return, yang mencapai 12,62%. Penyebabnya, tahun ini banyak sentimen eksternal, terutama dari AS dan Eropa, yang menimbulkan ketidakpastian di pasar.

"Sebetulnya semua masih dalam range ketidakpastian. Kejelasan baru akan kita dapat pada kuartal I-2017," ujar Desmon.

Senior Research and Analyst Pasar Dana Beben Feri Wibowo​ sepakat, pengendalian nilai tukar rupiah dan laju inflasi akan jadi tantangan utama tahun ini. ​Sebab, per 5 Januari lalu, harga bahan bakar minyak non-subsidi naik Rp 300 per liter. Tarif listrik 900 VA juga naik, dari semula Rp 605/kWh menjadi Rp 791/kWh.

"Kebijakan tersebut berpeluang membuat inflasi naik dan akan berujung pada daya beli masyarakat," analisa Beben.

Inflasi dalam negeri tahun ini diprediksi bisa mencapai kisaran 4%-4,5%. Kisaran prediksi tersebut lebih besar ketimbang realisasi inflasi tahun lalu, yakni 3,02%. Alhasil, potensi Bank Indonesia (BI) kembali memangkas suku bunga acuan kian menipis. Bahkan, skenario terburuk, suku bunga BI justru bakal naik jika The Fed mengerek suku bunga acuan sebanyak tiga kali.

Investor juga perlu mewaspadai risiko perekonomian China seiring pelemahan nilai tukar CNY terhadap dollar AS. Selain itu, ekonomi Eropa juga belum pulih. "Prediksi kupon obligasi korporasi tahun ini dengan rating idAAA sekitar 7%–8%. Besar kupon masih jadi andalan obligasi korporasi," ujar Beben.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×