CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.470.000   4.000   0,27%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Perbankan dan BI berburu SUN, indeks IDMA capai rekor tertinggi


Kamis, 19 Januari 2012 / 11:49 WIB
Perbankan dan BI berburu SUN, indeks IDMA capai rekor tertinggi
ILUSTRASI. Guru menempelkan famflet penundaan UNBK di SMK Negeri 1 Serang, Banten, Senin (16/3/2020). ANTARA FOTO/Asep Fathulrahman/ama.


Reporter: Dyah Ayu Kusumaningtyas | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Harga obligasi pemerintah melonjak pada perdagangan kemarin (18/1). Indeks Inter Dealer Market Association (IDMA), sebagai acuan harga obligasi pemerintah, pada penutupan Rabu (18/1) mencapai 113,45, naik 85 basis poin (bps) dari hari sebelumnya di 112,65. Ini level tertinggi sepanjang sejarah.

Corporate Secretary Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) Tumpal Sihombing menuturkan, signifikannya peningkatan harga obligasi tidak terlepas dari banyak pengaruh positif di pasar domestik. Salah satunya datang dari Lembaga pemeringkat Moody’s Investor Service yang akhirnya menaikkan peringkat Indonesia menjadi investment grade.

"Tentu saja kenaikan rating ini akan semakin memperkuat posisi Indonesia yang sedang menjadi incaran investor-investor besar di dunia," ujarnya, kamis (19/1).

Analis obligasi Mega Capital, Ariawan menambahkan, beberapa kebijakan moneter Bank Indonesia juga turut menggiring harga obligasi pemerintah terus naik. Kebijakan moneter terbaru BI, mengenai pelebaran batas bawah suku bunga deposit facility (simpanan bank di BI) menjadi 200 basis poin (bps) di bawah BI rate, menggiring perbankan terus masuk ke pasar obligasi.

Lanjut Ariawan, kebijakan moneter BI lainnya yang mendongkrak harga obligasi pemerintah adalah masuknya bank sentral di instrumen obligasi pemerintah berjangka panjang dalam rangka memperkuat stabilitas keuangan dalam negeri. Asal tahu saja, setelah pernyataan BI itu keluar pada Rabu (18/1), seri benchmark Surat Utang Negara (SUN) yaitu FR0059 (bertenor 15 tahun) dan FR0061 (bertenor 10 tahun), melejit ke posisi tertinggi sejak 2011.

Transaksi di pasar sekunder naik tipis

Adapun, untuk volume perdagangan obligasi pemerintah maupun korporasi di pasar sekunder pada penutupan Rabu (18/1) hanya naik tipis.

Data Penerima Laporan Transaksi Efek (PLTE) di Bursa Efek Indonesia (BEI) menunjukkan, pada periode tersebut, volume transaksi hanya naik 14,1% menjadi Rp 10,4 triliun, dari hari sebelumnya Rp 9. Sementara frekuensi perdagangan meningkat 37,2% dari 588 transaksi menjadi 807 transaksi.

Dealer Fixed Income Bank Rakyat Indonesia (BRI) Muhammad Ikhsan menuturkan, tidak signifikannya kenaikan volume di pasar sekunder, karena di hari sebelumnya pasar domestik sudah ramai dengan transaksi SUN bertenor panjang. Ini lantaran, perbankan gencar mengoleksi SUN, seiring turunnya bunga simpanan deposito di BI.

Maka, Ikhsan bilang, sangat wajar jika volume transaksi semakin menurun, karena investor cenderung menahan dananya di SUN jangka panjang tersebut. "Permintaan SUN terutama yang jangka panjang masih banyak, tapi sudah mulai jarang yang mau menjualnya, sehingga tidak terjadi transaksi," urainya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×