kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Perang dagang berkecamuk, harga aluminium masih berpeluang menguat


Minggu, 19 Mei 2019 / 19:07 WIB
Perang dagang berkecamuk, harga aluminium masih berpeluang menguat


Reporter: Dimas Andi | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di tengah ketidakpastian perang dagang, harga aluminium masih berpotensi melanjutkan tren penguatan dalam waktu dekat.

Sebagai informasi, harga aluminium kontak tiga bulanan di London Metal Exchange (LME) terkoreksi 1,24% ke level 1.837 per metrik ton pada perdagangan Jumat (17/5) lalu. Namun, dalam satu pekan terakhir, harga aluminium menguat 1,60%.

Direktur Garuda Berjangka Ibrahim menyampaikan, permintaan aluminium secara global tengah meningkat seiring maraknya pembangunan infrastruktur di berbagai negara. Di Amerika Serikat misalnya, pembangunan infrastruktur menjadi salah satu fokus utama di pemerintahan Presiden Donald Trump.

“Karena permintaan sedang meningkat, tren penguatan indeks dollar AS tidak terlalu berpengaruh pada harga aluminium. Padahal, biasanya harga komoditas cukup sensitif dengan arah indeks dollar AS,” terang Ibrahim, akhir pekan lalu.

Hanya saja, penguatan harga aluminium yang telah berlangsung berhari-hari secara beruntun mendatangkan konsekuensi, yakni adanya aksi ambil untung oleh para investor. Maka tak heran, harga logam industri ini akhirnya terkoreksi di perdagangan Jumat kemarin.

Di atas kertas, harga aluminium masih berpeluang melanjutkan penguatannya. Apalagi, komoditas ini tidak masuk dalam daftar barang yang dikenakan kenaikan tarif impor oleh AS. “Artinya aluminium berpotensi menjadi alternatif bagi para investor di saat harga komoditas lain melemah akibat perang dagang,” ungkap Ibrahim.

Namun demikian, ancaman perlambatan ekonomi global yang juga diakibatkan perang dagang tetap bisa mengancam harga aluminium. Sebab, permintaan aluminium dapat tersendat jika perekonomian global kurang kondusif.

Potensi perlambatan ekonomi global terlihat dari hasil data ekonomi China yang kurang memuaskan di pekan lalu. Ambil contoh data industrial production China yang hanya tumbuh 5,4% di bulan April lalu. Angka ini lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya sebesar 8,5%.

Dari sisi teknikal, bollinger band Moving Average (MA) berada di atas bollinger bawah sehingga menimbulkan sinyal harga aluminium dapat kembali menguat.

Sementara itu, indikator stochastic 70% positif dan indikator RSI juga bergerak dengan arah positif. Di sisi lain, indikator MACD masih menunjukkan sinyal wait and see.

Ibrahim merekomendasikan buy untuk komoditas aluminium. Ia memprediksi, harga aluminium akan bergerak di kisaran US$ 1.800—US$ 1.880 per metrik ton pada perdagangan Senin (20/5). Sedangkan untuk sepekan ke depan, harga aluminium ditaksir berada di area US$ 1.790—US$ 1.900 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×