kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Per September 2019, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) kantongi proyek baru Rp 1,65 triliun


Selasa, 17 September 2019 / 17:05 WIB
Per September 2019, PT Acset Indonusa Tbk (ACST) kantongi proyek baru Rp 1,65 triliun
ILUSTRASI. ACSET Indonusa


Reporter: Benedicta Prima | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Per September 2019,  PT Acset Indonusa Tbk (ACST) membukukan kontrak baru senilai Rp 1,65 triliun. Sekretaris Perusahaan PT Acset Indonusa Tbk Maria Cesilia Hapsari mengatakan pihaknya akan berupaya untuk memperoleh proyek baru dengan selektif dan disesuaikan dengan kemampuan perusahaan. 

"Kami tidak men-disclose target tahunan," jelas Maria kepada Kontan.co.id, Selasa (17/9). 

Namun, dalam catatan Kontan.co.id, ACST membidik proyek baru Rp 15 triliun tahun ini.

Baca Juga: Acset Indonusa (ACST) bakal tambah pinjaman untuk biayai proyek konstruksi

Maria juga menjelaskan perusahaan tidak bisa nenyampaikan tender yang sedang diikuti. Kendati begitu, ACST masih fokus di bidang infrastruktur dengan tetap mengikuti tender struktur dan pondasi. "Dengan tetap menerapkan Know Your Counterpart dalam memilih proyek yang akan diikuti," imbuh dia. 

Adapun kontrak baru yang dikantongi ACST adalah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Soma Karimun berkapasitas 2 x 25 MW,  Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap (PLTGU) Jawa I Civil Works, Runoff Pond PLTU Batang, Skysuites Mega Kuningan, Jakarta International Collage, dan PT Bayer Indonesia.

Sampai semester I-2019, anak usaha Astra ini masih mengalami kerugian Rp 404,57 miliar. Hal ini disebabkan oleh turunnya pendapatan yang dikantongi. Turun 7% yoy menjadi Rp 1,55 triliun. 

Baca Juga: Acset Indonusa (ACST) bidik sejumlah kontrak baru untuk kerek kinerja

Yang terbaru, ACST akan mendapatkan suntikan dana Rp 2,4 triliun dari PT United Tractors Tbk (UNTR). Dana tersebut akan digunakan sebagai tambahan modal kerja untuk pembiayaan proyek-proyek konstruksi dan infrastruktur. Namun, peruntukannya tidak disebutkan secara spesifik. 

Adapun, kerugian yang dialami oleh ACST salah satunya terjadi lantaran keterlambatan proyek contractor pre-financing (CPF).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×