Reporter: Dityasa H Forddanta | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) masih tertekan lesunya daya beli properti tahun ini. Meskipun manajemen perusahaan sudah memangkas target pra penjualan, tapi kemungkinan tetap tak tercapai.
Liliana S. Bambang, analis Mandiri Sekuritas ,menjelaskan, target pra penjualan terbaru SMRA saat ini Rp 4,5 triliun. Tapi, dia memprediksi SMRA akan tutup tahun dengan marketing sales Rp 4,2 triliun, 7% di bawah target.
Kondisi keuangan SMRA juga sedikit tertekan. Pada periode kuartal III-2015, SMRA memiliki tingkat utang bersih (net gearing) 73% dan utang bersih Rp 3,7 triliun. Utang ini masih akan bertambah Rp 1,5 triliun pada sisa kuartal IV ini. Ini membuat beban bunga meningkat.
"Kami memprediksi, pendapatan SMRA akan turun 4% karena kondisi tersebut. Kami merevisi estimasi pendapatan SMRA lebih rendah 11%-22% untuk tahun ini dan 2016," jelas Liliana dalam riset 10 Desember 2015.
Untuk memperbaiki cashflow, perusahaan mempertimbangkan lebih banyak menjual lahan komersial pada 2016. Hal ini dinilai positif. SMRA juga berencana menurunkan belanja modal untuk akuisisi landbank pada 2016 dari sebelumnya Rp 1 triliun menjadi Rp 300 miliar.
Tahun depan, perseroan menetapkan target marketing sales sebesar Rp 4,5 triliun. Perseroan ini akan fokus pada kluster baru di Makassar dan Bandung.
Prospek 2016
Maxi Liesyaputra, analis KDB Daewoo Securities dalam riset 8 Desember menjelaskan, kinerja SMRA juga tertekan rencana ekspansi yang dibiayai utang. "Beban keuangan yang bertambah akan membuat performa SMRA tahun ini sedikit di bawah tahun lalu," ujar Maxi.
Sanni Satrio Dwi Utomo, analis Bahana Securities menambahkan, tahun ini kinerja SMRA memang tertekan. Tapi untuk tahun depan diperkirakan bakal lebih baik. "Salah satu katalis positifnya, peluncuran mega proyek SMRA di Bandung," ujar Sanni, (22/12).
Hal ini sudah terlihat sejak peluncuran proyek tersebut. SMRA berhasil menjual dua klaster dengan pra penjualan Rp 800 miliar yang akan masuk ke pembukuan tahun ini. Tahun depan, pra penjualan SMRA bisa tumbuh minimal 15%.
Mega proyek Bandung bakal menjadi salah satu pendorong pertumbuhan ini. SMRA juga bakal meluncurkan office tower di Serpong pada semester I-2016. SMRA juga akan meluncurkan hotel di Bali yang bakal mendongkrak recurring income.
Maxi memprediksi, pendapatan SMRA tahun ini sekitar Rp 5,66 triliun. Tapi laba bersih bakal sedikit tergerus dari sebelumnya Rp 1,39 triliun menjadi Rp 1,36 triliun. Tahun depan, pendapatan SMRA rebound ke Rp 6,14 triliun. Sedangkan laba bersih Rp 1,63 triliun.
Maxi merekomendasikan buy SMRA dengan target harga Rp 2.000. Liliana memprediksi, pendapatan SMRA tahun ini Rp 5,8 triliun dan laba bersih Rp 1,18 triliun. Tahun 2016, pendapatan Rp 6 triliun dan laba bersih Rp 1,14 triliun.
Liliana merevisi rekomendasi SMRA dari buy menjadi neutral dengan target harga Rp 1.600. Sanni merekomendasikan SMRA buy dengan target Rp 1.820 per saham. Kemarin (22/11), harga SMRA Rp 1.570 per saham naik 4,67% dibanding hari sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News