kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penghuni indeks acuan, saham smal-mid cap dijagokan


Rabu, 14 Maret 2018 / 22:46 WIB
Penghuni indeks acuan, saham smal-mid cap dijagokan
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diterpa sentimen global dari Amerika Serikat, membuat indeks terkulai lemah. Pada perdagangan Kamis (14/3), indeks kembali ditutup melemah. Alhasil IHSG hanya tumbuh tipis 0,42% sejak awal tahun. Namun sejumlah indeks acuan justru berhasil mencetak pertumbuhan.

Dalam penelusuran KONTAN, ada tiga indeks acuan dengan pertumbuhan terbesar diantara indeks acuan lainnya. Ketiga indeks itu adalah Pefindo25 yang naik 8,81%, indeks IDX SMC Composite dengan kenaikan 5,98% dan indeks IDM SMC Liquid yang naik 4,83%.

Dalam indeks tersebut, terdapat banyak emiten yang terbilang second liner. Muhammad Nafan Aji, analis Binaartha Parama Sekuritas menyebut, biasanya para trader lebih menyukai trading saham pada emiten-emiten small-mid cap. Pasalnya, emiten memiliki risiko tinggi karena tingginya fluktuasi harga. “Profit gainnya bisa lebih banyak pula, sehingga mendorong kenaikan kinerja indeks itu,” katanya kepada KONTAN, Kamis (14/3).

Nafan menyatakan tingginya volatilitas pergerakan harga saham memang disukai trader yang berani mengambil risiko. Namun, aksi korporasi emiten, kinerja laporan keuangan, dan fundamental emiten tersebut bisa menjadi faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih emiten tersebut.

Dari beberapa emiten yang masuk dalam indeks tersebut, Nafan menjagokan BSDE, MEDC, WIKA, PTPP, WTON, WSBP, BBTN, BNGA dan WSKT. Beberapa yang dijadokan merupakan emiten konstruksi. Pasalnya, selama emiten konstruksi meraih kontrak proyek infrastruktur dengan nilai yang lebih besar dibandingkan dengan sebelumnya, maka kinerja fundamentalnya diprediksi meningkat. “Sehingga mempengaruhi kenaikan harga sahamnya,” lanjutnya.

Selain itu, pencapaian kinerja sebelumnya juga bisa menjadi perhatian. Misalnya, BSDE yang meraih marketing sales positif. Pada tahun lalu, BSDE membukukan kenaikan pendapatan 58,66% dan kenaikan laba bersih 173,93%. Disamping itu, landbank emiten ini masih banyak dan bisa digarap menjadi kawasan yang bernilai tinggi. “Diharapkan mampu meningkatkan kinerja emiten,” ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×