kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Penerbitan KIK-EBA makin semarak


Rabu, 01 Agustus 2018 / 06:42 WIB
Penerbitan KIK-EBA makin semarak
ILUSTRASI. Pencatatan perdana Efek Beragun Aset Mandiri GIAA01


Reporter: Danielisa Putriadita | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak meluncur perdana pada 2009, instrumen kontrak investasi kolektif efek beragun aset (KIK-EBA) terus bertambah. Berdasarkan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), hingga Selasa (31/7), nilai penerbitan instrumen utang ini di dalam negeri sudah Rp 11,2 triliun.

Teranyar, PT Mandiri Manajemen Investasi dan PT Garuda Indonesia Tbk menerbitkan EBA Mandiri GIAA01 senilai Rp 2 triliun, kemarin. Aset dasarnya yaitu pendapatan penjualan tiket kelas A. Instrumen bertenor lima tahun ini menawarkan imbal hasil 9,75% per tahun.

Analis Obligasi BNI Sekuritas Ariawan memperkirakan. penerbitan EBA masih akan meningkat baik dari sisi penerbitan maupun outstanding. Potensi peningkatan ini seiring investor makin familier dengan produk investasi ini. Tingkat imbal hasil juga menarik.

Selain itu, KIK EBA bisa dijadikan sebagai diversifikasi instrumen investasi. "Potensi demand masih akan cukup besar. Jadi kalau ada penerbitan KIK EBA, demand pasti akan ada," kata Ariawan, Selasa (31/7).

Ariawan menilai, imbal hasil antara EBA dan obligasi atau medium term notes (MTN) tidak jauh berbeda, selama berada dalam rating yang sama. Namun, imbal hasil EBA sedikit lebih premium dibanding surat utang lain. Sebab, likuiditas instrumen ini masih minim di pasar sekunder. Bandingkan dengan outstanding MTN dan obligasi yang mencapai sekitar Rp 400 triliun.

Menurut dia, EBA cocok bagi investor yang memiliki durasi investasi jangka panjang atau disimpan hingga jatuh tempo. "Dengan likuiditas yang masih rendah kurang cocok untuk investasi jangka pendek," papar Ariawan.

Investor dinilai masih tidak terlalu mempertimbangkan sektor perusahaan penerbit EBA. Namun, lanjut Ariawan, investor lebih tertarik masuk karena nama besar perusahaan yang mengeluarkan EBA.

Ini terlihat dari mayoritas KIK-EBA berasal dari BUMN, seperti BTN, Jasa Marga, PLN dan Bank Mandiri. "Risikonya lebih rendah. Cash flow underlying juga lebih jelas," imbuh Ariawan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×