kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasokan dan permintaan tak seimbang, CPO anjlok


Senin, 30 Juli 2012 / 06:58 WIB
ILUSTRASI. Direktur Utama BRI Insurance Fankar Umran


Reporter: Harry Febrian | Editor: Avanty Nurdiana

JAKARTA. Prospek komoditas minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) masih suram. Meski permintaan menjelang hari raya dan saat ramadan naik. Tapi para analis menduga harga CPO akan terus melemah.

Harga CPO di bursa berjangka Malaysia kontrak Oktober memang dalam tren turun. Jumat (27/7) dalam sepekan turun 3,78% ke RM 2.927 per ton.
TransGraph Consulting memperkirakan secara teknikal harga CPO dalam dua tiga bulan ke depan bisa menyentuh level terendah dalam dua tahun.

Ravi Chandra, Vice President TransGraph regional India memprediksi harga CPO kontrak teraktif bisa anjlok ke kisaran RM 2.600 atau sekitar US$ 820 per ton. "Bahkan, kemungkinan melemah ke level RM 2.400," kata Chandra seperti dikutip Bloomberg. Sebab secara historikal, terakhir kali harga CPO diperdagangkan di kisaran 2.600 adalah pada September 2010. Sedangkan level RM 2.400 disentuh pada Juli 2010.

"Indikator moving average convergence-divergence dan relative strength index harian maupun mingguan melemah," papar Chandra. Faktor teknikal ini, sejalan dengan tren melemah sejak April.

Masalah utama penurunan harga CPO berasal dari jumlah produksi global yang terus meningkat dan mencapai rekor. Padahal permintaan tidak meningkat.

Dorab Mistry, Direkur Godrej International, sosok tersohor karena prediksi yang akurat di perdagangan CPO, memperkirakan harga bisa anjlok ke RM 2.700 (US$ 854) pada akhir tahun. Ini harga terendah sejak Oktober 2010.

Analis senior Harvest International Futures, Ibrahim pun memprediksi harga CPO menuju ke US$ 800 per ton. Dia bilang, fundamental CPO memang tidak banyak berubah. Namun sentimen Eropa membuat harganya melambung.

Ariana Nur Akbar, analis Monex Investindo Futures, masih sedikit optimistis. "Tekanan tetap datang dari China dan India yang nampak mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi," kata dia. Namun, level di RM 2.900 bisa bertahan jika, para pembisnis menahan diri tidak memproduksi dalam jumlah banyak.

"Jika bisa bertahan, bisa jadi akan ada rebound," kata Ariana. Selain itu, jika cuaca tidak mendukung, panen jagung dan kedelai. Maka harga CPO sebagai barang substitusi bisa ikut terangkat.

Karena itu, Ariana masih yakin bisa berada di RM 2.700 - RM 3.500. Sedangkan Ibrahim memperkirakan, dalam jangka satu bulan, harga CPO bisa bergerak di RM 2.795 sampai RM 2.985 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×