kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar surat utang makin kurang darah


Rabu, 28 Maret 2012 / 08:00 WIB
Pasar surat utang makin kurang darah
ILUSTRASI. Norwegia vs Turki di Kualifikasi Piala Dunia: Adu kuat pemimpin Grup G


Reporter: Albertus M. Prestianta | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Rencana kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi menjadi momok pasar keuangan domestik, belakangan ini. Predikat investment grade dari lembaga rating internasional, tidak lagi bertuah mengangkat pamor obligasi lokal.

Para pemodal kakap, terutama yang berasal dari luar negeri, berangsur menarik dana dari pasar lokal. Tidak sedikit juga pemodal yang menahan diri, masuk ke pasar sebelum ada kepastian kebijakan BBM.

Data Kementerian Keuangan mencatat, kepemilikan asing di Surat Berharga Negara (SBN) selama awal tahun hingga 22 Maret 2012 merosot Rp 10,45 triliun menjadi Rp 225,52 triliun.

Harga Surat Utang Negara (SUN) juga trennya menurun. Jika dihitung dari awal tahun, indeks harga SUN, kemarin, sudah tergerus hampir 3% menjadi 110,45.

Chia Woon Khien, Royal Bank of Scotland (RBS) Head of Rates and Foreign and Exchange Strategy Asia Local Markets, mengingatkan, kondisi Indonesia bisa rawan jika investor asing berbondong-bondong menarik dananya keluar. "Apa yang menjadi kekuatan Indonesia, bergeser menjadi titik lemah," ujar dia, Selasa (27/3).

Sepanjang kuartal I-2012 ini risk appetite investor di pasar obligasi domestik terus menurun. "Kepastian BBM belum ada, padahal ini terkait erat dengan inflasi, bunga acuan, dan akhirnya imbas ke yield obligasi," jelas Chia.

Di saat yang sama, pilihan instrumen di negara tetangga juga tak kalah menarik. Kondisi ekonomi Indonesia, menurut Chia, mirip dengan Filipina. Namun, saat ini investor lebih melirik Filipina. "Investor sangat memperhatikan fair value," ujar dia.

Lelang sukuk sepi

Sebagai gambaran, SUN seri acuan, terutama seri dengan jangka waktu menengah serta panjang, mengalami penurunan harga. Mengutip catatan Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA), Senin (26/03), indeks harga GBIX-Clean Price turun 0,11% menjadi 131,6431. Indeks itu mengukur harga obligasi negara dari pergerakan harga bersih.

Indeks GBIX-Total Return yang merepresentasikan harga obligasi dengan menghitung semua potensi keuntungan, juga turun tipis 0,02% menjadi 178,7858.
Volume perdagangan juga menurun. Volume transaksi, kemarin, turun 45,1% menjadi Rp 6,9 triliun. Frekuensi perdagangan turun 25,7%, menjadi 318 transaksi saja.

Gelar lelang SBN beberapa pekan terakhir juga relatif sepi. Terakhir, lelang sukuk dengan target perolehan dana Rp 1 triliun, hanya membukukan penawaran masuk sebesar Rp 2,18 triliun.

Dari empat seri sukuk berbasis proyek atau project based sukuk (PBS), pemerintah hanya memenangkan penawaran untuk PBS004 senilai Rp 355 miliar. Seri ini jatuh tempo tahun 2037, memiliki yield 6,95%. "Lelang sepi karena pasar menunggu kepastian BBM," kata Dahlan Siamat, Direktur Pembiayaan Syariah Kementerian Keuangan.

Partisipasi asing dalam lelang kemarin juga minim karena seri yang ditawarkan kebanyakan tenor menengah dan panjang. Nilai yang dimenangkan juga sedikit karena peserta lelang meminta yield yang tinggi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×