kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Pasar obligasi sepi menunggu BI Rate


Rabu, 11 April 2012 / 09:00 WIB
Pasar obligasi sepi menunggu BI Rate
ILUSTRASI. BEI meningkatkan target jumlah perusahaan yang melaksanakan IPO sepanjang tahun 2021 menjadi 54 emiten dari sebelumnya 30.


Reporter: Wahyu Satriani | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Perdagangan obligasi di pasar sekunder domestik semakin sepi. Total volume perdagangan, baik untuk obligasi pemerintah maupun untuk obligasi korporasi hanya Rp 1,3 triliun, Senin (9/4), lebih rendah daripada nilai di akhir pekan lalu, yaitu Rp 2,1 triliun. Rata-rata perdagangan obligasi domestik bisa mencapai Rp 5 triliun per hari.

Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) mencatat, nilai perdagangan itu merupakan yang terendah di tahun ini. Frekuensi perdagangan juga turun dari 265 transaksi menjadi 233 transaksi.

Harga surat utang negara (SUN) seri benchmark awal pekan ini juga melemah. Harga FR0060 kemarin (10/4) dengan jangka waktu 5 tahun turun 0,13% dari hari sebelumnya menjadi 104,76. Seri FR0059 tenor 15 tahun juga melemah 0,15% jadi 105,97. Sedang dua seri lain kemarin justru menguat.

Sekretaris perusahaan IBPA, Tumpal Sihombing, menduga, aktivitas perdagangan obligasi domestik sepi karena pemerintah menunda kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM), awal bulan ini. Keputusan itu mengakibatkan ketidakpastian di pasar meningkat, hingga pelaku pasar bersikap hati-hati. "Pelaku pasar menunjukkan sikap wait and see sehingga pasar sepi," ujar dia, Jakarta, Selasa (10/4).

Selain itu, pasar juga masih menantikan pengumuman suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate, Kamis (12/4). Pengumuman ini diharapkan dapat mendorong minat pelaku pasar. Data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang melemah membawa sentimen negatif bagi pasar obligasi dalam negeri. Menurut Tumpal, data tersebut mendorong spekulasi bahwa ekonomi AS masih rapuh.

Inflasi tak terhitung

Senior Dealer Fixed Income Bank Rakyat Indonesia, Victor Antariksa, mengatakan hal yang senada dengan Tumpal. Menurut dia, pasar masih menanti kejelasan kebijakan pemerintah terhadap kenaikan harga BBM.

Pelaku pasar khawatir kenaikan harga BBM akan memicu inflasi ngebut, hingga bunga acuan ikut terkerek naik. Jika hal itu terjadi, yield obligasi akan naik dan harganya akan turun. "Pemerintah tidak memberi opsi yang tegas, hingga pasar khawatir karena masih ada ekspektasi harga BBM naik," ujar dia.

Analis obligasi Danareksa Sekuritas, Yudhistira Slamet, bilang, sepinya pasar obligasi terjadi sejak akhir Maret. "Sejak pemerintah mengumumkan akan menaikkan harga BBM, aktivitas perdagangan sepi sekali. Volume perdagangan bisa turun hingga Rp 4 triliun," tutur dia.

Para analis menduga pasar obligasi masih akan sepi dalam jangka pendek. Harga SUN di pasar sekunder juga masih rawan. "Hingga ada trigger baru yang menggerakkan market, pasar masih akan sepi," prediksi Victor.

Meski pasar obligasi sepi Direktur Utama PT HSBC Securities, Hari Mantoro, optimistis, penerbitan obligasi korporasi baru tak terpengaruh. Dia menduga, emisi obligasi korporasi justru akan meningkat. "Investor obligasi korporasi cenderung menggenggam hingga jatuh tempo," ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×