kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Nusa Raya membidik kontrak naik 15% di 2018


Senin, 22 Januari 2018 / 11:05 WIB


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Rizki Caturini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Merealisasikan proyek infrastruktur memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Hingga kini, PT Nusa Raya Cipta Tbk masih mengawal rencana proyek jalan tol Subang-Patimban yang mereka prakarsai bersama dengan PT Jasa Marga (Persero) Tbk.

Rencana proyek ruas Subang-Patimban sudah terdengar sejak kuartal I 2017 lalu. Menurut rencana, proyek tol sepanjang tol 41 kilometer (km) tersebut akan menghubungkan Pelabuhan Patimban dengan kawasan industri di Subang, Jawa Barat. Perkiraan dana investasinya mencapai Rp 5 triliun.

Saat ini, Nusa Raya masih dalam tahap mengajukan dokumen prakarsa jalan tol kepada Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). "Saat ini sedang melengkapi beberapa dokumen prakarsa yang disyaratkan Kementerian PUPR," kata Veronica, Hubungan Investor PT Nusa Raya Cipta Tbk kepada KONTAN, Jumat (19/1).

Selebihnya, belum ketahuan skema kerjasama antara Nusa Raya dan Jasa Marga. Hanya saja, manajemen Nusa Raya pernah mengatakan, mereka akan membidik porsi saham minoritas dalam skema kerjasama tersebut.

Yang terang, proyek jalan tol Subang-Patimban bukan satu-satunya fokus Nusa Raya Tahun ini. Perusahaan berkode saham NRCA di Bursa Efek Indonesia (BEI) itu juga memburu aneka kontrak pekerjaan baru. Mereka membidik proyek infrastruktur maupun gedung bertingkat.

Dalam penjelasan resmi kepada BEI pada 10 Januari 2018 lalu, Nusa Raya menyebutkan target kontrak baru tahun ini sebesar Rp 3,8 triliun atau naik sekitar 15% dari bujet tahun lalu. Perusahaan itu yakin, prospek bisnis konstruksi tahun 2018 bakal lebih baik dibandingkan tahun 2017.

Modal ekspansi

Salah satu sumber dana ekspansi bisnis Nusa Raya tahun ini adalah duit hasil penjualan konsesi jalan tol Cikopo-Palimanan (Cipali). Pada 15 Januari 2018, mereka menerima 85% pembayaran konsesi Tol Cipali dari PT Astratel Nusantara (Astra Infra) sebesar Rp 189,5 miliar.

Nusa Raya menilai, divestasi jalan tol Cipali adalah langkah positif untuk memperoleh modal tambahan demi pengembangan bisnis. Hanya saja, perusahaan tersebut belum mengungkapkan detail rencana bisnis yang akan dibiayai. "Belum ada rencana alokasi khusus saat ini," ujar Veronica.

Pembayaran sebesar 85% jalan tol Cipali tadi sekaligus menandai tuntasnya transaksi jual-beli antara Nusa Raya dengan Astra Infra senilai total Rp 224 miliar. Sebab pada 8 Mei 2017, Astra Infra sudah lebih dahulu membayar 15% dari total harga, yakni senilai Rp 35 miliar.

Nusa Raya memiliki konsesi jalan tol Cipali melalui PT Bhaskara Utama Sedaya. Bhaskara Utama adalah pemilik 45% saham PT Lintas Marga Sedaya, operator jalan tol Cipali. Porsi 55% saham Lintas Marga yang lain merupakan milik Plus Expressway Bhd., perusahaan asal Malaysia.

Adapun kepemilikan saham Nusa Raya atas Bhaskara Utama hanya 14,38%. Menurut informasi dalam laporan keuangan 30 September 2017, komposisi saham Bhaskara Utama selebihnya meliputi 45,62% PT Karsa Sedaya Sejahtera (sister company di bawah PT Surya Semesta Internusa Tbk) dan 40% PT Interaa Indo Resources (anak peusahaan PT Saratoga Investama Sedaya Tbk).

Nusa Raya membeli 63.272 saham Bhaskara Utama dari PT Kencana Anugerah Sejahtera pada tanggal 15 November 2013. Mereka merogoh kocek sebesar Rp 120 miliar. Jadi kalau mengacu pada harga pembelian saja, Nusa Raya menikmati return hingga 86,67% dari harga transaksi penjualan Rp 224 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×