kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Naik signifikan, analis menilai KAEF, INAF, dan PEHA sudah overvalued


Senin, 10 Agustus 2020 / 20:35 WIB
Naik signifikan, analis menilai KAEF, INAF, dan PEHA sudah overvalued
ILUSTRASI. Karyawan mengamati harga saham di Profindo Sekuritas Indonesia, Jakarta


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Saham PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF) kembali dapat diperdagangkan mulai sesi I, Senin (10/8). Sebelumnya, kedua saham ini terkena suspensi pada Jumat (7/8) dalam rangka cooling down karena terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan.

Pada perdagangan hari pertama setelah suspensi, saham KAEF naik 4,72% ke Rp 3.330 per saham dan INAF bergerak positif 4,39% ke Rp 3.330 per saham. Tercatat net foreign buy sebesar Rp 10,41 miliar pada KAEF dan net foreign sell Rp 813,07 juta pada INAF.

Kepala Riset FAC Sekuritas Indonesia Wisnu Prambudi Wibowo menilai, kedua saham ini sudah berada jauh di atas nilai wajarnya. 

Baca Juga: KAEF bekerja sama dengan RSCM–FKUI kembangkan penelitian sel punca pasien Covid-19

Melansir data RTI Business, Book Value Per Share (PBVS) KAEF per Juni 2020 adalah sebesar Rp 1.229. Dengan begitu, harga saham saat sudah lebih tinggi 2,71 kali dibanding harga wajar KAEF.

Begitu juga dengan INAF yang harga sahamnya saat ini sudah 21,35 kali di atas harga wajar. Berdasarkan data RTI, PBVS INAF per Juni 2020 adalah sebesar Rp 156. "Sekarang keduanya sudah mahal sekali. Apalagi Indofarma secara bottom line masih mencatatkan rugi Rp 4,66 miliar," ungkap Wisnu saat dihubungi Kontan.co.id, Senin (10/8).

Menurut Wisnu, kenaikan signifikan pada kedua saham farmasi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini tak lepas dari sentimen vaksin Covid-19. 
Sebagaimana diketahui, holding farmasi BUMN, yakni PT Bio Farma (Persero) bekerja sama dengan pengembang asal China, Sinovac untuk melakukan uji klinis vaksin Covid-19 fase ketiga. Sebagai informasi, sebesar 90,025% saham KAEF dan 80,68% INAF digenggam oleh PT Bio Farma.

Harga saham PT Phapros Tbk (PEHA) yang 56,77% sahamnya dipegang oleh Kimia Farma juga turut terkerek.
Per Senin (10/8), harga PEHA berada di level Rp 1.955 per saham, lebih tinggi 2,42 kali dari PBVS yang sebesar Rp 807 per saham.

Wisnu melihat, saham-saham di atas masih berpotensi naik lagi, tetapi sudah cukup rawan. "Kalau investor baru ingin masuk ke saham-saham ini, maka perlu berhati-hati, sebab posisinya sudah cukup tinggi. Kami memasang rekomendasi netral karena kami melihat sudah kemahalan di harga saat ini," ungkap dia.

Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas M. Nafan Aji Gusta Utama melihat, secara teknikal, PEHA sudah mulai berada di posisi jenuh beli ( overbought). "Untuk PEHA, saya sarankan untuk take profit dulu," kata Nafan.

Baca Juga: Suspensi dibuka, saham INAF dan KAEF kembali diperdagangkan

Begitu juga dengan KAEF dan INAF yang sudah jenuh beli. Alhasil, kedua saham ini juga berpotensi dilanda aksi ambil keuntungan atau profit taking.

Di sisi lain, Nafan masih melihat potensi kenaikan pada sejumlah emiten farmasi swasta. Ia merekomendasikan maintain buy saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dengan target harga Rp 1.850 per saham dan hold PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk (SIDO) dengan target harga Rp 1.490 per saham.

Pada Senin (10/8), saham KLBF bergerak positif 1,90% ke Rp 1.610 per saham dan SIDO turun 0,71% menjadi Rp 1.395 per saham. Sementara Wisnu tetap memasang rekomendasi netral karena kenaikan harganya juga sudah tergolong tinggi.

Baca Juga: Ada pandemi corona (Covid-19), perusahaan farmasi juga melakukan adaptasi bisnis

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×