kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minyak berpeluang menembus US$ 105


Senin, 02 April 2012 / 08:04 WIB
Minyak berpeluang menembus US$ 105
ILUSTRASI. Kerugian dari penyumbatan jalur lalu lintas akibat Ever Given di Terusan Suez mencapai sekitar US$ 1 miliar. Satellogic/Handout via REUTERS


Reporter: Harry Febrian, Bloomberg | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Harga minyak mentah kembali memanas. Penyulutnya kali ini adalah pernyataan Barrack S. Obama, Presiden Amerika Serikat (AS), tentang sanksi untuk Iran. Minyak juga terungkit sentimen positif data terbaru kondisi perekonomian AS.

Kontrak pengiriman minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) untuk Mei 2012 di New York Merchantile Exchange, akhir pekan lalu (30/3), menguat 0,23% menjadi US$ 103,2 per barel. Harga minyak jenis Brent, menguat 0,4% ke level US$ 122,8 per barel. Banderol Brent sudah melesat 14% sepanjang kuartal I-2012, sedangkan WTI telah menguat 4,2%.

Angka belanja konsumen di AS naik 0,6% Februari lalu, berdasarkan data Departemen Perdagangan AS. Indeks sentimen konsumer dari Thomson Reuters/University of Michigan AS juga naik dari 75,3 menjadi 76,2.

Sinyal pemulihan ekonomi AS positif bagi harga minyak mengingat Negeri Paman Sam tersebut adalah negara dengan konsumsi minyak terbesar di dunia.

Harga minyak juga terkerek oleh kebijakan terbaru Obama yang mengancam akan mengeluarkan bank dari sistem perbankan, jika melayani transaksi yang terkait dengan jual-beli minyak Iran. Obama dan Presiden Prancis Nicolas Sarkozy terus berupaya menekan Iran dengan ancaman sanksi lanjutan, agar Negeri Mullah itu menghentikan proyek nuklirnya.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, menambahkan, Iran telah melanggar resolusi Persatuan Bangsa Bangsa (PBB) dengan terus meningkatkan program nuklirnya di tengah-tengah kecaman dunia.

Survei Bloomberg mencatat, produksi minyak Iran Maret lalu telah anjlok 65 ribu barel menjadi 3,385 juta. Ini merupakan level terendah sejak Juni 2002. Hal ini tentu memengaruhi sisi suplai minyak di pasar dan berimbas ke prospek harga.

Kendati dari sisi fundamental, minyak di atas angin, dari sisi teknikal minyak sejatinya masih berada dalam tren melemah sepekan ini. "Pergerakan harganya masih di bawah harga rata-rata harian," kata Apelles RT Kawengian, analis Monex Investindo Futures.

Sepekan ini, harga minyak diperkirakan ada di kisaran US$101,6-US$105,2 per barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×