Reporter: Dwi Nicken Tari, Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Keputusan People's Bank of China (PBOC) memangkas nilai yuan pada Selasa (11/8) lalu berimbas pada komoditas energi. Meski mata uang Tiongkok sudah kembali stabil, tidak serta merta mengangkat harga minyak, batubara dan gas alam.
Paparan terbesar menerpa harga minyak yang terus menciptakan level terendah baru. Kekhawatiran banjir pasokan minyak global terus menyeret harga minyak mentah. Harga emas hitam ini terus tenggelam hingga ke level terendah sejak tahun 2009.
Mengutip Bloomberg, Selasa (18/8) pukul 14.15 WIB harga minyak pengiriman September 2015 di bursa New York Merchantile Exchange turun 0,38% dari hari sebelumnya menjadi US$ 41,71 per barel. Harga terpangkas 3,18% selama sepekan. Tentu saja batubara dan gas alam sebagai turunannya ikut terseret.
Senin (17/8) harga batubara kontrak pengiriman September 2015 di bursa ICE Commodity Exchange turun 0,34% menjadi US$ 58,10 per metrik ton dibanding hari sebelumnya. Sedangkan sepanjang pekan ini harga sudah tergerus 3,00%. Sedangkan harga gas alam pengiriman September 2015 di bursa New York Merchantile Exchange, pada Selasa (18/8) pukul 13.40 WIB turun 0,18% ke level US$ 2,72 per mmbtu dibanding hari sebelumnya. Selama sepekan harga terperosok 4,25%.
Nizar Hilmy, Analis PT SoeGee Futures, mengatakan, harga minyak dunia masih terbebani kekhawatiran pasar karena tingginya pasokan minyak dunia. Lihat saja hingga bulan Juni 2015, organisasi negara-negara pengekspor minyak (OPEC) memproduksi hingga 31,5 juta barel per hari atau di atas target 30 juta barel per hari.
“Keadaan akan semakin buruk karena sanksi ekspor minyak Iran telah dicabut,” papar Nizar. Perwakilan Iran di OPEC memprediksi, pasokan minyak OPEC di pasar akan mencapai 33 juta barel per hari setelah Iran kembali mengekspor minyaknya.
Selain itu, perekonomian Tiongkok sebagai konsumen terbesar melambat. Apalagi PBoC melakukan devaluasi yuan. Maka pelaku pasar melakukan antisipasi dengan berlindung pada dollar AS. Ini menguntungkan bagi USD dan berdampak buruk bagi komoditas.
Meski kini yuan kembali stabil, tidak serta merta mengangkat harga minyak, batubara dan gas alam. Jika ada perubahan fundamental yang membaik, Nizar menilai, harga minyak berpeluang menguat di US$ 45- US$ 55 di akhir tahun ini. Sebaliknya jika situasi semakin buruk, harga akan bergulir di US$ 35-US$ 50 per barel.
Deddy Yusuf Siregar, Research and Analyst PT Fortis Asia Futures, menduga, harga batubara akan bertengger di US$ 55 per metrik ton di pengujung tahun. Sedangkan Ibrahim, Direktur PT Ekuilibrium Komoditi Berjangka menebak harga gas alam di akhir tahun senilai US$ 3,00 per mmbtu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News