kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Minat investasi swasta di jalan tol meningkat


Jumat, 18 Mei 2018 / 11:40 WIB
Minat investasi swasta di jalan tol meningkat


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Minat swasta berinvestasi di proyek jalan tol terus bermunculan. Saat ini konsesi jalan bebas hambatan masih didominasi perusahaan-perusahaan pelat merah.

AstraInfra, sebagai contoh, berkomitmen terus menambah panjang konsesi. Perusahaan ini baru memiliki enam ruas jalan tol dengan panjang 350 kilometer (km) dan hingga tahun tahun 2020 menargetkan mencapai 500 km.

Agar mencapai target itu, AstraInfra membuka opsi mengikuti tender proyek tol baru. Perusahaan ini juga melirik akuisisi proyek tol yang sedang dibangun maupun yang sudah beroperasi.

Salah satu ruas yang sedang diinisiasi anak usaha Astra Group ini adalah jalan tol akses Kertajati yang akan terhubung ke Cikopo-Palimanan (Cipali). Panjang proyek jalan tol ini sekitar 5 km. "Desain sedang diperiksa oleh Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT). Jalan tol tersebut akan mulai dibangun tahun ini," kata Wiwiek D Santoso, Direktur AstraInfra kepada Kontan.co.id, Kamis (17/5).

Menurut Wiwiek, tantangan sektor swasta masuk ke bisnis tol saat adalah investasinya besar dan butuh waktu jangka panjang. Sementara ketersediaan dana di perbankan terbatas. Meski begitu, menurutnya, investasi di jalan tol tetap akan berjalan. Ada saja investor yang tidak terkendala dari sisi keuangan.

Gandeng BUMN

Selain AstraInfra, masih ada perusahaan swasta lain yang juga berminat berinvestasi di jalan tol. Namun, perusahan-perusahaan itu memilih bengkongsi dengan Badan Usaha Milik Negara (BUMN).

PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) misalnya, berencana memprakarsai dua jalan tol dengan membentuk konsorsium bersama perusahaan swasta. Kedua jalan tol tersebut adalah Serang-Maja dan jalan tol Bandung Utara atau Bandung Intra Urban Toll Road (BIUTR).

Di ruas tol Bandung Utara, WIKA akan berkongsi dengan PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) dan PT Marga Utama Nusantara, anak usaha PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). Porsi kepemilikan masing-masing adalah sebesar 60%, 20% dan 20%.

Puspita Anggraeni, Sekretaris Perusahaan WIKA, mengatakan, konsorsium ini sedang menyusun perkiraan nilai konstruksinya bersama dengan Wika Beton. "Dan akan mengirimkan surat pemrakarsa ke Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat," kata Puspita.

Sementara, di jalan tol Serang-Maja, WIKA akan berkongsi dengan PT Hanson International Tbk (MYRX). Namun, hingga saat ini progres rencana prakarsa tersebut masih belum berkembang.

Saat dikonfirmasi ke Deden Rochmawaty, General Manager Corporate Affairs Nusantara Infrastructure atas keterlibatan dalam pengembangan tol Bandung Utara, dia mengaku belum dapat informasi terbaru. "Saya belum update soal ini," ujar Deden.

Ada beberapa perusahaan lagi seperti PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA) yang berminat berinvestasi di jalan tol. Perusahaan ini juga akan berkongsi dengan pelat merah yaitu PT Jasa Marga Tbk (JSMR). Kedua perusahaan ini menginisiasi pembangunan jalan tol Subang-Patimban.

Hadi Winarto Christanto, Direktur Utama Nusa Raya Cipta mengatakan, rencana pembangunan jalan tol Subang-Patimban masih digodok di Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. "Baru masuk pra kualifikasi setelah Lebaran tahun ini," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×