kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MI masih memilih sektor komoditas


Rabu, 25 Januari 2017 / 10:00 WIB
MI masih memilih sektor komoditas


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Para manajer investasi masih belum mengubah kebijakan investasinya pasca pelantikan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) ke-45. Para pengelola dana tersebut masih berhati-hati lantaran ketidakpastian pasca pelantikan Trump masih tinggi.

Apalagi, pelaku pasar masih wait and see terhadap kinerja kabinet dan pelaksanaan kebijakan pemerintahan AS yang baru. Sehingga wajar jika manajer investasi juga masih cenderung hati-hati.

Agus B. Yanuar, Direktur Utama Samuel Aset Manajemen (SAM), berpendapat, pernyataan Trump selama kampanye dan pelantikannya merupakan salah satu strategi menaikkan daya tawar terhadap mitra dagang. "Ngancam dulu, baru negosiasi. Kalau daftar calon menteri di kabinetnya lebih pro pertumbuhan," kata dia.

Karena itu, para MI masih lebih mengandalkan fundamental dalam negeri serta kondisi global secara umum dalam menyusun portofolio. Agus menuturkan, SAM fokus pada sektor saham komoditas untuk racikan reksadana saham.

Saham pilihan SAM di antaranya saham berbasis metal dan energi, seperti INCO, MEDC, WINS dan ASII. Lalu ada saham batubara seperti ADRO, PTBA, ITMG, UNTR dan DOID. "Ada juga yang berkaitan dengan minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO), contohnya LSIP dan AALI," ungkap Agus.

Agus menilai, saham sektor komoditas tahun ini bakal diuntungkan kenaikan harga dan penguatan dollar AS. Perbaikan ekonomi global yang dipicu pertumbuhan ekonomi negeri Paman Sam juga akan jadi sentimen positif. "Sektor konsumer dan utilitas juga menarik. Pilihan sektor ini setidaknya untuk kurun enam bulan mendatang," terang dia.

SAM akan meracik ulang strategi setiap tiga bulan. Maklum, pasar lebih dinamis dan volatil tahun ini. Terlebih bank sentral AS The Federal Reserve berencana mengerek suku bunga acuan tiga kali. Hal tersebut dapat terwujud jika inflasi, harga minyak dan ekonomi AS menanjak.

Investment Director Aberdeen Asset Management Bharat Joshi berpendapat, ada empat sektor saham yang layak dikoleksi tahun ini. Pertama, sektor komoditas yang dipicu penguatan harga. "Harga komoditas bakal naik karena AS membutuhkan bijih besi misalnya untuk infrastruktur. Ada permintaan dari negara-negara maju," terang Bharat.

Negara-negara pengekspor minyak juga sepakat memangkas produksi. Kedua, sektor perbankan karena membaiknya kualitas aset.

Ketiga, sektor infrastruktur yang disokong belanja infrastruktur pemerintah. "Sektor properti juga menarik. Tahun lalu karena ada kebijakan amnesti pajak makanya pada takut beli properti. Kalau tahun ini permintaan properti akan naik," ucap Bharat.

Sedangkan Presiden Direktur Schroder Investment Management Indonesia Michael T. Tjoajadi optimistis, saham sektor keuangan dan rokok dapat unjuk gigi tahun ini. Penopangnya, pemulihan daya beli masyarakat serta belanja pemerintah.

Dengan tren suku bunga dalam negeri yang cukup rendah, sektor jasa keuangan berpotensi menyalurkan kredit lebih besar ketimbang tahun 2016. Adapun porsi saham dijaga sedikit di atas 90%.

Sebaliknya, SAM cenderung underweight sektor saham perbankan sembari mencermati rasio kredit macet dan penyaluran kredit. Sektor semen yang kelebihan pasokan dan rentan terhadap risiko regulasi, sektor konstruksi dengan arus kas yang ketat, serta sektor properti yang belum sepenuhnya pulih, juga dikurangi. SAM kini lebih menggemari industrial estate.




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×