kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45929,31   1,67   0.18%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MI berburu saham sensitif suku bunga


Sabtu, 24 September 2016 / 14:05 WIB
MI berburu saham sensitif suku bunga


Reporter: Maggie Quesada Sukiwan | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Manajer investasi (MI) kini memburu saham-saham yang berpotensi mengais cuan dari penurunan suku bunga dalam negeri. Sejumlah sektor saham akan diuntungkan oleh kebijakan tersebut.

Sekadar mengingatkan, Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia Kamis (22/) lalu memutuskan memangkas BI 7-days reverse repo rate (RRR) dari semula 5,25% menjadi 5%. Suku bunga deposit facility juga menyusut sebesar 25 basis poin jadi 4,25%. Suku bunga lending facility juga ikut mengecil 25 basis poin jadi 5,75%.

Pelonggaran kebijakan moneter tersebut sejalan dengan stabilitas makroekonomi Indonesia. BI mengambil langkah tersebut setelah melihat inflasi dalam negeri yang rednah, defisit transaksi berjalan yang terkendali serta stabilitas nilai tukar rupiah.

Direktur Investasi Sucorinvest Asset Management Jemmy Paul Wawointana menuturkan, setelah penurunan suku bunga acuan, pihaknya menghitung peluang mengendapkan dana pada saham yang sensitif terhadap suku bunga, misal sektor keuangan dan konsumer.

Penurunan suku bunga berpeluang mengerek daya beli masyarakat dan meningkatkan penyaluran kredit perbankan maupun perusahaan pembiayaan. Jemmy berujar, Sucorinvest akan menjaga porsi saham sekitar 90% dari portofolio reksadana saham.

Serupa, Hanif Mantiq, Head of Investment Division PT BNI Asset Management (BNI-AM) mengungkapkan, perusahaannya secara perlahan telah mengalihkan dana pada sektor-sektor saham yang sangat sensitif terhadap pemangkasan suku bunga BI. Ada tiga sektor saham yang dikoleksi, yakni perbankan, otomotif, serta properti.

Kombinasi antara bunga murah, membaiknya perekonomian, relaksasi loan to value (LTV), serta daya beli masyarakat akan menumbuhkan minat investor untuk mengambil kredit konsumer. "Sekarang kami cenderung memilih saham barang konsumsi non pokok. Juga ada sektor media," tutur Hanif. Sebaliknya, BNI-AM cenderung menghindari saham-saham dari sektor energi dan gas.

Direktur Riset Bahana TCW Investment Management Soni Wibowo memaparkan, pihaknya menjaga efek saham hingga 96%-98% dalam portofolio reksadana sahamnya. Perusahaan manajemen investasi ini fokus mengakumulasi sektor saham yang berorientasi domestik. "Seperti sektor konsumer, infrastruktur, telekomunikasi, bank, dan beberapa perusahaan properti," kata dia.

Sony meramalkan, IHSG akan menuju level 5.750 pada akhir tahun 2016. Sedang Hanif memperkirakan, pada akhir tahun 2016, IHSG bakal ditutup di level 5.450. Sementara di 2017 nanti, IHSG berpotensi naik ke level 6.000.

Jemmy memprediksi, rata-rata return reksadana saham tahun ini sekitar 25%, dengan asumsi IHSG mencapai posisi 5.600–5.800 di akhir tahun.  Kinerja saham akan terangkat realisasi program pengampunan pajak. Ia yakin, dana deklarasi maupun repatriasi mulai membengkak jelang akhir periode pertama amnesti pajak nanti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet

[X]
×