kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45935,51   7,16   0.77%
  • EMAS1.335.000 1,06%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

MI akan bundel ORI010 di reksadana


Kamis, 05 September 2013 / 09:36 WIB
MI akan bundel ORI010 di reksadana
ILUSTRASI. Kantor PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) di Setiabudi Atrium, Jakarta (25/3). KONTAN/Daniel Prabowo/25/03/2008


Reporter: Dina Farisah, Wahyu Satriani | Editor: Rizki Caturini

JAKARTA. Sebentar lagi, investor ritel akan memiliki pilihan tambahan instrumen investasi, yakni Obligasi Negara Ritel (ORI) seri 010. Tidak hanya bisa membeli ORI langsung melalui agen penjual, instrumen surat utang ini juga bisa dijadikan aset dasar produk reksadana. Beberapa manajer investasi (MI) mengaku tertarik mengemas ORI010 menjadi aset dasar produk reksadana.

PT Sucorinvest Asset Management, semisal, berencana menjadikan ORI010 sebagai salah satu aset dasar produk reksadana pendapatan tetap. Donny Nuriawan, Direktur Sucorinvest Asset Management mengatakan, kupon ORI cukup menarik untuk mendorong return reksadana.

Dengan masuk ke ORI, Sucorinvest bisa melakukan keseimbangan ulang atau rebalancing portofolio di obligasi bertenor pendek dan menengah. Sebab, sekarang Sucorinvest mulai memperbesar porsi obligasi jangka panjang untuk mengantisipasi penurunan yield. "Dengan masuk ke obligasi bertenor pendek dan menengah, kami bisa meminimalisasi risiko," ujar Donny.

Namun, produk ini cukup sulit diperoleh di pasar sekunder dalam jumlah besar. Selain itu, investor institusi seperti MI, hanya bisa mendapatkan instrumen ini di pasar sekunder setelah minimum holding period (MHP) selesai diberlakukan.

ORI memang hanya dikhususkan untuk investor ritel. Sehingga instrumen ini hanya bisa dikoleksi investor ritel di pasar perdana. Seperti tahun sebelumya, pemerintah menetapkan MHP satu kali pembayaran kupon. Dengan demikian, ORI hanya dapat diperdagangkan di pasar sekunder setelah satu bulan.

Sementara, CIMB Principal Asset Management juga mempertimbangkan peluncuran reksadana terproteksi dengan aset dasar ORI010 ini. Tapi dengan catatan, jika permintaan nasabah cukup tinggi untuk produk ini.

Presiden Direktur PT CIMB Principal Asset Management, Reita Farianti mengatakan, dengan asumsi kisaran kupon ORI010 sebesar 7,5%-8%, itu akan sangat ketat. Jika dibandingkan dengan kupon deposito, instrumen surat utang pemerintah itu akan terlihat kurang menarik.

Terpangkas biaya

BNI Asset Management, juga berencana menerbitkan reksadana terproteksi dengan aset dasar ORI010 ini. Harris S. Dalimunthe, Head of Marketing and Settlement Division BNI Asset Management pernah mengatakan, pihaknya akan mengambil instrumen ini apabila memberikan kupon di atas 7,25%.

Head of Debt Capital Markets BCA Sekuritas, Herdi Ranuwibowo mengatakan, jika menggunakan asumsi kisaran kupon sebesar itu, produk ini belum menarik. Menurut Herdi, kupon ORI yang menarik bagi investor berkisar antara 8%-8,5% per tahun.

Saat ini, rata-rata suku bunga deposito di beberapa perbankan telah mencapai 8,5% per tahun. Mengingat tingginya ketidakpastian pasar saat ini, investor memiliki risiko karena kupon yang ditawarkan setara dengan surat utang negara (SUN) bertenor sama. Sehingga, jika asumsi kupon yang ditawarkan sekitar 7,5%-8%, dikhawatirkan akan kurang diminati investor. Kemarin (4/9), yield SUN seri FR0055 bertenor tiga tahun berada di level 8,037%.     

I Made Adi Saputra, Analis NC Securities mengatakan, apabila dikemas dalam reksadana, ORI hanya dikenakan pajak 5% atau lebih rendah ketimbang membeli secara langsung yang dikenakan pajak sebesar 15%. Namun, di reksadana juga akan dikenakan management fee, biaya penjualan dan biaya pembelian. Untuk masing-masing fee tersebut, biasanya dikenakan sekitar 1%-3,5%.     

Dengan pertimbangan biaya-biaya di luar pajak seperti biaya pembelian, penjualan dan management fee, Herdi menyarankan, investor membeli ORI secara langsung melalui agen penjual ketimbang membeli reksadana dengan aset dasar ORI. "Biaya tambahan itu membuat keuntungan investor semakin tipis," ujar Herdi. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×