kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menyerok saham likuid di harga rendah


Jumat, 23 Februari 2018 / 13:26 WIB
Menyerok saham likuid di harga rendah
ILUSTRASI. Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta


Reporter: Nisa Dwiresya Putri | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Beberapa saham dalam daftar indeks LQ45 mengalami penurunan dalam periode enam bulan terakhir. Investor bisa ambil momentum untuk masuk di harga murah.

Saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) misalnya, mencatat penurunan sebesar 34,84%. Menyusul, saham PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat TBk (BJBR) turun 16,30%.

Ada pula saham PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) yang turun 14,86%. Masih di sektor telekomunikasi, saham PT XL Axiata Tbk (EXCL) turun 13,82%.

Selain itu saham PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) turut turun 6,38%. Di periode yang sama, saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun 11,28%.

Head of Research Infinitum Advisory Agustini Hamid bilang, secara umum ada faktor global yang mendorong penurunan harga saham-saham likuid tersebut. Sentimen dari luar negeri dimanfaatkan menjadi momentum ambil untung oleh investor pasca indeks mencetak rekor berkali-kali.

Selain itu, Agustini juga melihat adanya sentimen-sentimen spesifik pada beberapa saham. Pada saham LPKR misalnya, Agustini melihat kekhawatiran investor terhadap aksi rights issue yang akan dilakukannya. “Secara historis rights issue mereka biasanya ada tujuan yang berbeda,” ujar Agustini, Kamis (22/2).

Sentimen khusus juga disebut Agustini terjadi pada TLKM. Pelaku pasar dan analis menurutnya mengantisipasi adanya penurunan pendapatan terutama dari segmen voice oleh TLKM.

Hal yang sama juga diungkapkan analis Semesta Indovest Aditya Perdana Putra. Sentimen penurunan saham-saham tersebut menurut Aditya didorong profit taking karena performa beberapa sektor yang positif. Selain itu, ada pula sentimen outlook perusahaan yang kurang positif.

Namun, Aditya dan Agustini sepakat bahwa momentum ini bisa dimanfaatkan investor untuk masuk ke saham likuid dengan harga murah. Dari sederet saham tersebut, Agustini menjagokan saham TLKM dan LPKR.

Ia merekomendasikan beli saham TLKM dengan target harga Rp 4.840 per saham di 2018. Ia pasang estimasi price to earning ratio (PER) sebesar 15,97 kali di 2018 dengan price to book value (PBV) 4,44 kali.

Begitu juga dengan LPKR, Agustini masih ada potensi kenaikan harga sebesar 42,57%. Ia merekomendasikan beli saham LPKR dengan target harga Rp 720 per saham di 2018. Estimasi PER di 2018 adalah sebesar 10,2 kali.

Selain dua saham tersebut, Aditya juga menyebut AKRA dan KLBF sebagai saham yang menawarkan kenaikan return cukup tinggi. AKRA misalnya, dalam tiga tahun terakhir mencatat rata-rata PER sebesar 24 kali dan rata-rata PBV sebesar 4 kali. Saat ini, Aditya mencatat PER AKRA sebesar 19 kali dan PBV sebesar 3,23 kali.

“Harga rata-rata AKRA di tiga tahun terakhir adalah Rp 7.600 per saham. Saat ini harganya masih di Rp 5.900,” tambah Aditya.

Selain saham-saha diatas, Aditya bilang investor juga bisa memperhatikan saham likuid lain di sektor barang konsumsi dan telekomunikasi. Sementara itu, Agustini menambahkan outlook positif pada sektor pertambangan (batubara), properti dan konstruksi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×