Reporter: Dian Sari Pertiwi | Editor: Sofyan Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dua perusahaan riset yang cukup populer sebagai peracik indeks saham global, Morgan Stanley Capital International (MSCI) dan FTSE Group kembali mengocok ulang daftar indeks.
MSCI mulai memberlakukan komposisi baru pada 31 Mei mendatang. Ada satu pendatang baru yang masuk ke dalam daftar indeks saham kapitalisasi kecil kali ini, yaitu PT Trada Alam Minera (TRAM).
Sementara, di FTSE value stocks ASEAN Index ada tiga saham yang masuk yaitu PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) dan PT Bukit Asam Tbk (PTBA).
Pertimbangan dalam racikan rebalancing ini, biasanya rasio harga saham terhadap laba bersih per saham alias price to earning ratio (PER), imbal hasil dividen, imbal hasil laba bersih terhadap ekuitas atawa return on equity (ROE) dan rasio utang.
Menurut Kepala Riset Narada Kapital Indonesia, Kiswoyo Adi Joe masuknya TRAM ke dalam daftar indeks saham kapitalisasi kecil kali ini semata-mata karena likuiditasnya. Padahal, secara PER, TRAM sudah kelewat mahal karena sudah mencapai 800 kali.
Senada, Vice President Research & Analysis Valbury Asia Futures Nico Omer Jonckheer juga menganggap masuknya TRAM ke dalam daftar ini karena faktor likuiditas saham di pasar. "Namun, secara fundamental belum terlalu bagus," ujar Nico.
Nico bilang, investor harus memperhatikan harga batubara dan kemampuan perusahaan ini dalam meningkatkan produksi dari tahun ke tahun.
Lain halnya dengan indeks FTSE yang memasukkan TLKM dan PTBA. Menurut Nico, kedua saham ini masih punya prospek menarik. "PER PTBA cukup murah 7 kali, dan TLKM sudah turun banyak jadi menawarkan entry point yang lebih menarik untuk investor asing," kata Nico.
"Secara harga TLKM dan ICBP sudah murah, dan prospeknya bagus mengingat ada sentimen lebaran dan pilkada kebutuhan telekomunikasi dan konsumsi akan tinggi," kata Kiswoyo.
Sementara, masuknya PTBA ke dalam daftar FTSE Kiswoyo menilai karena asing masih optimis dengan kenaikan harga batubara akan berimbas pada perusahaan ini.
Meskipun asing mengocok ulang saham-saham pilihannya, kedua analis ini sepakat berpendapat investor lokal harus tetap memperhatikan faktor fundamental perusahaan saat ini memasukkan ke dalam keranjang portofolio. Alih-alih mengekor indeks yang menjadi acuan portofolio investor global.
Sebab, fundamental yang kokoh maupun prospek yang bagus dalam lima tahun mendatang dengan PER rendah jadi pertimbangan investor yang cakap dalam memilih saham.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News