kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Meneropong nasib emiten dan IHSG di pengujung 2017


Kamis, 27 April 2017 / 05:05 WIB
Meneropong nasib emiten dan IHSG di pengujung 2017


Reporter: Dede Suprayitno | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Beberapa emiten mengumumkan hasil penjualan tahun 2016. Pengumuman tersebut, sekaligus menutup kinerja keuangan mereka. Setidaknya, ada dua emiten berhasil menembus penjualan sebesar Rp 100 triliun. Lantas, siapa saja yang kemudian akan menyusul?

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM) dan PT Astra International Tbk (ASII), kedua emiten ini masing-masing mencatatkan revenue tahun lalu sebesar Rp 116,33 triliun dan Rp 181,08 triliun. Dalam hal ini, ASII mencatatkan revenue terbesar.

"Saat ini, potensi laba dan kinerja emiten tersebut didorong oleh makro ekonomi. Ini erat kaitannya dengan konsumsi masyarakat," ujar Lucky Bayu Purnomo, analis Danareksa Sekuritas kepada KONTAN, Selasa (25/4).

Dua emiten lain yang berpotensi menyusul penjualan di atas Rp 100 triliun, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dan PT HM Sampoerna Tbk (HMSP). Tahun lalu, BBRI mencatat penjualan sebesar Rp 94,78 triliun, sedangkan HMSP mencatat Rp 95,46 triliun. Apabila melihat pertumbuhan dari tahun ke tahun, kedua emiten ini berpotensi menembus revenue Rp 100 triliun pada tahun depan.

Lucky menyatakan paket kebijakan pemerintah yang belum terealisasi seutuhnya, memberikan ruang pertumbuhan bagi emiten. Terutama bagi beberapa sektor unggulan seperti infrastruktur, perbankan, dan ritel.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi global yang dipatok IMF dari 3,4% menjadi 3,5%, menurutnya akan memberikan pengaruh bagi pasar regional. "Potensi ini, bisa menjadi sentimen positif hingga akhir tahun 2017, dimana target IHSG dikisaran 6.000," katanya.

Berkaca dari aksi bagi-bagi dividen 2016, dia memperkirakan sektor infrastruktur, industri dasar, dan perbankan memiliki peluang untuk bertumbuh. Angka pertumbuhannya berkisar 10%-15%. Menurutnya, salah satu faktornya karena rupiah yang masih cukup terkendali.

Namun, menurutnya sektor perkebunan dan properti masih memiliki kinerja yang kurang bergairah. Untuk itu, dia menyarankan agar menghindari sektor tersebut karena kinerjanya masih di bawah IHSG.

Sementara itu, empat emiten dengan revenue besar saat ini termasuk emiten yang defensif. Menurutnya, batas potensi pelemahan penurunan harga saham berkisar 5%-7%, sedangkan potensi kenaikannya saja 10%-15%. "Potensi kenaikannya masih lebih besar dari potensi pelemahan," ujarnya.




TERBARU

[X]
×