kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menengok tawaran anyar dari si pendatang baru


Jumat, 14 Juni 2013 / 17:57 WIB
ILUSTRASI. Iris Apfel, adalah salah satu fashion icon yang memiliki film dokumenter dalam judul Iris di tahun 2014.


Reporter: Aceng Nursalim, Tedy Gumilar | Editor: Imanuel Alexander

Jakarta. Pilihan produk bagi investor reksadana kian bertambah menyusul dirilisnya dua produk anyar dari Eastspring 29 Mei 2013 lalu. Yang berjenis reksadana saham diberi nama Eastspring Investment Value Discovery. Sedangkan yang pendapatan tetap bernama Eastpring Investment Yield Discovery. Kedua reksadana ini dijual lewat PT Bank ANZ Indonesia dengan nilai investasi minimal Rp 100.000.

Sayang, manajer investasi (MI) yang dulu bernama Prudential Asset Management Indonesia itu tak tertarik bicara soal proyeksi kinerja keduanya. Meski begitu, mereka yakin produk-produk baru ini bakal diminati investor.

Untuk itu, MI yang terafiliasi dengan Prudential Corporation Asia itu menggunakan berbagai jurus, terutama dalam pemilihan portofolio. Bagaimana rupa kedua produk ini? Simak ulasan berikut:

Eastspring Investment Value Discovery

Value Discovery memutar 80%–100% dana nasabah di saham-saham berkapitalisasi besar. Sisanya, sekitar 0%–20% uang nasabah akan diparkir di surat utang pemerintah, surat utang korporasi, dan instrumen pasar uang bertenor kurang dari satu tahun atau deposito berdenominasi rupiah.

Ada 30 saham big caps yang menjadi pilihan Eastspring. Saham-saham tersebut mewakili hampir semua sektor yang ada di bursa. “Ke-30 saham tersebut merupakan saham dengan kapitalisasi pasar terbesar sehingga diharapkan portofolio lebih likuid,” ujar Riki Frindos, Presiden Direktur PT Eastpring Investment Indonesia.

Meski begitu, bukan berarti saham-saham tersebut identik dengan penghuni indeks IDX30. Sebab, MI akan mengevaluasi terhadap portofolionya secara reguler sebulan sekali. Sementara, keanggotaan IDX30 dievaluasi setiap enam bulan sekali.

Sayang, Riki tak bersedia menyebut saham-saham yang menjadi andalan reksadana ini. Yang jelas, dari ke 30 saham tersebut, 10 di antaranya memiliki tema tertentu. Maksudnya, pemilihan saham-saham tersebut berdasarkan pada tren, fakta, dan isu yang dominan di pasar. “Bulan Juni ini kami mengutamakan tema IPO dan private placement emiten. Saat ini, kami fokus pada sektor otomotif, semen, dan sektor tekstil,” jelasnya.

Berdasarkan penjelasan Riki ini, boleh jadi, salah satu saham yang menjadi penghuni reksadana Eastpring Investment Value Discovery adalah PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX). Anak usaha PT Saratoga Investama Sedaya ini merupakan distributor sepeda motor merek Honda, terutama untuk wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat.

Selain itu, lewat salah satu anak usahanya, MPMX membuat dan mengedarkan oli motor merek Federal Oil. Perusahaan ini juga menjalankan bisnis penyewaan mobil, terutama untuk klien korporasi.

MPMX baru melantai di BEI pada 29 Mei 2013. Namun, nasibnya kurang beruntung karena hingga Rabu (5/6), harga saham ini sudah turun dari harga perdana di Rp 1.500 menjadi Rp 1.420 per saham.

Saham berikutnya yang boleh jadi diincar Eastspring Investment adalah PT Sri Rejeki Isman (Sritex). Perusahaan teks-til terpadu yang bakal resmi melantai 17 Juni 2013 mendatang ini secara fundamental memang jauh lebih bagus ketimbang perusahaan sejenis yang lebih dulu menjadi emiten di bursa saham.

Berbekal seluruh dana IPO yang diperolehnya, Sritex bakal membesarkan bisnis pemintalan (spinning) dan garmen pada 2013–2014. Saat ini kapasitas produksi pemintalan perseroan ini dari dua pabrik yang dimilikinya mencapai 353.000 bal benang per tahun. Lewat ekspansi tersebut, kapasitas produksi pemintalan Sritex diharapkan bisa naik sekitar dua kali lipat, atau mencapai 700.000 bal benang per tahun.

Sritex juga berniat menggenjot kapasitas produksi garmen dari 8,2 juta pakaian per tahunmenjadi 16 juta pakaian per tahun. Cuma, kedua program ekspansi ini akan selesai pada tahun 2015.

Dari sektor semen, perusahaan yang bakal segera melantai adalah PT Semen Baturaja. Produsen lem beton ini akan mencatatkan sahamnya di BEI pada tanggal 28 Juni 2013.

Dari sisi kinerja keuangan dan kemampuan memproduksi semen, emiten pelat merah ini adalah emiten tercilik di bursa lokal. Sebagai perbandingan, berdasarkan catatan analis Reliance Securities Christine Natasya, kapasitas produksi PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) sekitar 9,5 juta ton. Sementara, kapasitas produksi Baturaja cuma 1,25 juta ton.

Tambahan kapasitas baru datang sekitar pertengahan tahun 2013, menyusul beroperasinya cement mill dan packer anyar di Baturaja. Itu pun cuma berkapasitas 750.000 ton per tahun itu dan baru bisa berproduksi maksimal tahun depan.

Lonjakan kinerja Baturaja kemungkinan baru bisa dicapai pada 2017 mendatang. Pasalnya, pembangunan pabrik semen baru yang didanai lewat IPO baru beroperasi akhir 2016. Saat itu, kapasitas produksi semen perseroan akan mencapai 3,85 juta ton per tahun.

Jika membeli Value Discovery Anda akan dikenai biaya 1%, dan penjualan 2%. Selain itu, produk ini memungut switching fee 1%.

Eastspring Investment Yield Discovery

Kemasan produk investasi kedua adalah reksadana Eastpring Investment Yield Discovery. Sekitar 80%–100% dana produk ini akan dibiakkan di obligasi pemerintah dan obligasi korporasi dengan peringkat (rating) AA. “Selain menggunakan rating eksternal, kami juga melakukan internal credit rating process” bebernya.

Eastpring memilih obligasi pemerintah karena cenderung lebih likuid, risikonya minim, dan secara fundamental, cenderung lebih kuat. Sayang, Riki tidak ingin membeberkan alokasi dana kelolaan untuk obligasi pemerintah dan obligasi korporasi. “Hal ini tergantung dari kebijakan dari fund manager, dan informasi ini dapat terlihat pada fund factsheet (laporan) bulanan,” tuturnya.

Selain di obligasi, sekitar 0%-20% dana reksadana ini akan diinvestasikan pada saham-saham dengan tema tertentu (tematik). Tentu saja, Eastspring akan melihat tren, isu, atau tema yang dominan di pasar.

Analis PT Infovesta Utama Viliawati, tampaknya, tak terlalu terkesan dengan reksadana pendapatan tetap. Ia menilai, tahun ini, prospek reksadana pendapatan tetap secara umum cenderung kurang menarik dibandingkan dengan reksadana saham atau campuran.

Penyebabnya, valuasi SUN yang sudah relatif mahal di awal tahun berpotensi memicu terjadinya koreksi harga. Padahal, umumnya, imbal hasil reksadana pendapatan tetap diperoleh dari selisih harga jual-beli dan kupon obligasi. Nah, penurunan harga yang terjadi pada obligasi pemerintah berpotensi menggerus imbal hasil reksadana pendapatan tetap.

Selain itu, masih ada pula ancaman inflasi tinggi akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. Dalam jangka pendek, sentimen serta dampaknya bisa membuat harga obligasi turun. Artinya, permintaan imbal hasil atau yield obligasi naik.

Tapi, analis obligasi PT Sucorinvest Central Gani Ariawan berpendapat, tekanan terhadap harga obligasi hanya akan berlangsung sementara. Satu bulan hingga dua bulan ke depan, harga surat utang memang masih berpotensi terkoreksi. Meski begitu, dalam kurun waktu enam bulan hingga satu tahun mendatang, harga obligasi bisa naik lagi. “Satu hingga dua bulan ini yield obligasi akan naik, tapi dalam enam bulan hingga satu tahun mendatang berpotensi turun,” nilainya.

Artinya, reksadana yang masuk ke pasar surat utang sekarang bisa kembali menikmati return dari kenaikan harga obligasi di masa mendatang.

Ke depan, Ariawan menilai, obligasi masih menarik untuk dikoleksi, terutama obligasi korporasi dengan rating AA. Sebab, kisaran kupon yang bisa didapat sekitar 8%.

Jika berminat, Anda akan dikenai biaya pembelian unit penyertaan 2%. Kalau mau dijual, biaya yang dibebankan sebesar 2%. Sementara biaya pengalihan atawa switching fee 1%.

***Sumber : KONTAN MINGGUAN 37 - XVII, 2013 Reksadana

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×