kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,53%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Napak tilas pasar modal Indonesia


Selasa, 16 Agustus 2016 / 07:25 WIB
Napak tilas pasar modal Indonesia


Reporter: Dityasa H Forddanta, Narita Indrastiti | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Di usia yang ke-71 tahun, Indonesia sempat mengalami beberapa kali turbulensi ekonomi yang turut menggoyahkan pasar modal. Kini, pasar modal Indonesia menunjukkan daya tahan yang lebih kuat terhadap tekanan global.

Suatu hal wajar, mengingat panjangnya sejarah pasar modal Indonesia. Kalau kita napak tilas, perusahaan pertama di dunia yang menerbitkan saham dan obligasi adalah Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan Belanda di bidang perdagangan rempah-rempah asal Indonesia.

VOC berdiri tahun 1602 di Amsterdam, Belanda. Bersamaan lahirnya VOC, berdiri Bursa Efek Amsterdam, yang membuka kantor di Batavia tahun 1619.

Sejarah pasar modal di Indonesia baru dimulai tahun 1912 dengan berdirinya Bursa Efek Batavia. Kala itu, beberapa jenis efek diperdagangkan di Batavia. Lalu berdiri bursa efek di Surabaya 11 Januari 1925 dan di Semarang pada 1 Agustus 1925.

Pasca kemerdekaan, pasar modal aktif pada 1 September 1951. Tapi tahun 1958 terhenti, karena kelesuan dan kemunduran perdagangan di bursa. Puncaknya, pengambilalihan semua perusahaan Belanda di Indonesia.

Pasar modal Indonesia kembali aktif pada 10 Agustus 1977 dengan nama Bursa Efek Jakarta (BEJ). Emiten pertama yang melantai di bursa adalah PT Semen Cibinong (SMCB), kini PT Holcim Indonesia Tbk.

Satu dasawarsa berselang, hanya 24 emiten di bursa. Waktu itu kantor bursa terletak di Jalan Merdeka Selatan, Jakarta. perdagangan berlangsung secara manual, menggunakan papan tulis, kapur dan kode tangan. Sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) baru meluncur pada 1983 dengan nilai indeks 100.

Tahun 1989, Bursa Efek Surabaya (BES) pun berdiri. Hingga tahun 1991, ada 115 emiten melantai di bursa. BEJ mulai beralih ke perdagangan elektronik Jakarta Automated Trading System (JATS) pada 3 Oktober 1995. Bersamaan dengan pindahnya gedung bursa ke Jalan Sudirman, Jakarta.

Pada 30 November 2007, BES bergabung ke BEJ menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Peleburan kedua bursa ini membuat pasar lebih efisien dan bisa bersaing di tingkat global.

Namun, krisis ekonomi Amerika Serikat di tahun 2008 meruntuhkan IHSG. BEI berupaya memperbaiki infrastruktur dan meningkatkan emiten. Kini di BEI nongkrong 531 emiten, dengan 10 emiten baru di tahun ini. Tito Sulistio, Direktur Utama BEI, yakin, sampai akhir tahun ini, ada 35 emiten baru meramaikan pasar modal.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Capital menilai, daya tahan pasar modal kita terhadap krisis sudah lebih baik. Berkaca tahun 1998 dan 2008, bursa mampu bangkit. Daya tahan dibangun fundamental ekonomi domestik.

Namun Lukas Setia Atmadja, Financial Expert Prasetiya Mul-ya Business School melihat, peran investor asing di pasar modal masih dominan. Jika ada hantaman krisis dari luar maupun dalam, dana asing mudah keluar.

Data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) memperlihatkan, komposisi kepemilikan asing di saham mencapai 64%. Tapi dari nilai perdagangan (trading value), lokal sekitar 54%. Lukas menilai, BEI harus memperbanyak investor domestik.

Tito menjelaskan, beberapa upaya BEI meningkatkan jumlah investor, dengan sosialisasi di kampus-kampus, dan meluncurkan gerakan Yuk Nabung Saham.

Data KSEI menunjukkan, jumlah investor yang tecermin dari Single Investor Identification (SID) meningkat 26% per akhir Juli lalu dibanding periode sama tahun lalu, yakni 475.112 investor.Jumlah investor ini masih jauh dibandingkan penduduk Indonesia.

Menurut Lukas, artinya belum banyak masyarakat mengutamakan pasar modal sebagai sarana investasi. Padahal, return pasar modal lebih menjanjikan. Pasar modal Indonesia juga belum bisa mengerek ekonomi nasional.

"Pasar modal belum bisa menjadi lokomotif perekonomian nasional," ujar Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia Isakayoga kepada KONTAN, pekan lalu.

Pasar modal lokal cenderung menjadi objek imbas ekonomi nasional. Pertumbuhan emiten dan investor masih lambat. Otoritas dan pemangku kepentingan perlu bekerja keras agar pasar modal menjadi pilihan utama investasi, sekaligus memerdekakan ekonomi negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×