kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menang di London, titik balik bagi saham Bakrie?


Senin, 25 Februari 2013 / 10:37 WIB
Menang di London, titik balik bagi saham Bakrie?
ILUSTRASI. Cara mengecek kesehatan tanaman.


Reporter: Surtan PH Siahaan |

JAKARTA. Kemenangan Grup Bakrie dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bumi Plc memberi harapan baru bagi investor pemegang sahamnya. Sebagai respons kemenangan RUPSLB Bumi Plc yang digelar di London, Kamis (21/2), sejumlah saham emiten Grup Bakrie, hari Jumat (22/2), menguat.

Sebut saja misalnya saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) yang harganya naik 3,70%, harga saham PT Bakrie Sumatra Plantations Tbk (UNSP) menguat 3,64%, dan harga saham PT Bakrieland Development Tbk (ELTY) naik 1,69% dari hari sebelumnya. Namun, ada juga saham Bakrie yang memerah seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) yang turun 2,60%, PT Bumi Resources Tbk (BUMI) turun 1,09%, dan harga saham Bakrie Telecom (BTEL) yang susut 1,92%.

Kepala Riset BNI Securities, Norico Gaman berpendapat, kemenangan tersebut bisa menjadi titik tolak Grup Bakrie untuk fokus memperbaiki kinerja dan mengurangi rasio utang. Norico menilai, fundamental dan prospek perusahaan, khususnya di bidang sumber daya alam dan properti, sejatinya,cukup baik jika dikelola dengan serius.

Lantaran ada secercah asa, Norico merekomendasikan investor menjajal saham-saham sumber daya alam dan properti milik Grup Bakrie seperti BUMI, ELTY, atau UNSP. "Saya harap, emiten Bakrie bisa kembali bekerja dan menghasilkan untung bagi investornya," tuturnya.

Senada, Managing Partner Investa Saran Mandiri, Kiswoyo Adi Joe menilai, kemenangan tersebut menjadi sentimen positif jangka pendek bagi emiten Grup Bakrie secara keseluruhan. Alasannya, saham-saham emiten Bakrie masih tergolong rawan untuk dipegang investor mengingat persoalan utang yang selalu membelit mereka selama ini.

Akan tetapi, Kepala Riset Universal Broker Indonesia, Satrio Utomo berpendapat, kemenangan di London tidak akan berpengaruh banyak bagi saham emiten Grup Bakrie. Kata dia, penurunan harga saham-saham Grup Bakrie akan terjadi lagi jika tak ada sentimen positif lanjutan.

Meski demikian, Satrio masih melihat potensi pada sejumlah emiten Bakrie seperti PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) dan PT Visi Media Asia Tbk (VIVA). Menurut dia, meski memiliki utang besar, cash flow (arus kas) dua emiten itu masih lebih baik.

Misalnya saja VIVA. Per September 2012, emiten media tersebut sukses mencetak laba bersih Rp 85,3 miliar, naik 289,5% dari periode yang sama tahun 2011. Selain karena prospek industrinya memang sedang kinclong, VIVA menarik karena mereka menangkan hak siar program piala dunia sepakbola 2014 serta berencana ekspansi ke bisnis televisi berbayar.

Tumpukan utang

Namun di luar VIVA dan BRMS, Satrio menilai saham Grup Bakrie lainnya berisiko dan kinerja keuangannya juga tidak menarik. "Kondisinya memang sudah parah karena (beban) utang, sementara pendapatan kecil," tuturnya.

Jika mencermati pergerakan harga saham BUMI yang naik menjelang RUPSLB Bumi Plc, Satrio menilai, itu lantaran investor berharap terjadi perubahan di manajemen Bumi Plc. Namun, sayangnya, hal itu tidak terjadi.

Berdasarkan alasan tersebut, Satrio menyarankan, jika ingin masuk saham Grup Bakrie, sebaiknya, horizon investor jangka pendek saja. "Bisa untuk trading, tapi sifatnya sangat spekulatif," imbuhnya.

Adapun Kiswoyo berpandangan, jika persoalan utang beres, saham Grup Bakrie, seperti misalnya BUMI, cukup menarik dikoleksi karena harganya yang sudah murah. Salah satu jalan keluar untuk menyehatkan pembukuannya adalah dengan menjual sejumlah aset yang produktif.

Senada, Norico menyarankan grup Bakrie mengurangi utang dengan melepas aset-aset di luar properti dan sumber daya alam. Jika penjualan berjalan lancar, lanjut Norico, rasio utang terhadap modal emiten Grup Bakrie bisa turun ke angka satu kali.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×