kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar prospek saham ADRO


Kamis, 28 Mei 2015 / 21:54 WIB
Menakar prospek saham ADRO
ILUSTRASI. Beberapa inspirasi ide kado spesial untuk rayakan Hari Ibu bareng dengan ibu tercinta.


Reporter: Benedictus Bina Naratama | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Beberapa waktu lalu, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah menetapkan Harga Batubara Acuan (HBA) per Mei 2015 sebesar US$ 61,08 / ton atau turun 5,3% dibandingkan April 2015. Dengan harga batubara yang terus anjlok, PT Adaro Energy Tbk (ADRO) memilih untuk melakukan diversifikasi ke bisnis pembangkit listrik.

Salah satunya melalui konsorsium PT Bhimasena Power Indonesia (BPI), sebuah perusahaan patungan antara PT Adaro Power, Japan's Electric Power Development Co, dan Itochu Corporation, ADRO berencana membangun dan mengoperasikan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkapasitas 2 x 1000 megawatt di Kabupaten Batang, Jawa Tengah.

Menurut Stefanus Darmagiri analis Danareksa Securitas, langkah ADRO yang terjun ke bisnis kelistrikan berpotensi menaikkan pendapatan perseroan karena produksi batubara milik ADRO bisa terserap sendiri di tengah kelesuan harga batubara dunia. Sektor ketenagalistrikan dipercaya akan memberikan pengembalian yang sehat dan arus kas yang stabil, serta mengimbangi ketidakstabilan bisnis batubara.

“Saat PLTU Batang mulai beroperasi, perusahaan akan mendapatkan kenaikan pendapatan untuk jangka menengah,” ujar Stefanus dalam riset 17 April 2015.

Peran utama ADRO dalam kemitraan ini adalah untuk menyediakan pasokan bahan bakar dalam jangka panjang melalui pengadaan batubara. Ketika dioperasikan, PLTU Batang diprediksi akan menggunakan hingga tujuh juta metrik ton (MT) batubara per tahun. Sekitar lima juta MT akan dipasok oleh pihak ADRO dan sisanya akan berasal dari pihak ketiga.

Saat ini, pembangunan proyek sedang mengalami keterlambatan terkait dengan pembebasan lahan. Kendati demikian, menurut Stefanus, permasalahan tersebut tidak akan menjadi penghalang, karena BPI telah menandatangani amandemen Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dengan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) pada 31 Oktober 2014. Pembangunan konstruksi PLTU Batangan ini diyakini akan memakan waktu sekitar 4-5 tahun.

Sebelumnya, pada Oktober 2011, ADRO melalui BPI telah meneken Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) dengan Perusahaan Listrik Negara (PLN) untuk jangka waktu 25 tahun terhitung sejak beroperasi secara komersial. PJBL ini yang menjadi daya tarik pengembalian investasi bagi ADRO dari proyek ini.

Meskipun begitu, ADRO belum dapat memanen keuntungan dari bisnis ketenagalistrikan ini dalam waktu dekat. Analis Bahana Securities, Arandi Nugraha mengaku pesimis kinerja perusahaan akan membaik hingga akhir tahun 2015 jika hanya mengandalkan kenaikan pendapatan dari bisnis kelistrikan.

Ia menjelaskan pembangunan PLTU Batangan masih belum dimulai hingga sekarang karena terkendala dengan pembebasan lahan. Proses financial closure yang sedang dilakukan saat ini masih akan berlangsung sampai batasan waktu di bulan Oktober 2015 mendatang.

“Masih belum jelas kapan pembangunannya dimulai karena ada masalah pembebasan lahan. Paling cepat tahun 2019 selesai. Sulit untuk mencegah penurunan kinerja jika mengandalkan bisnis listrik saat ini, harus ada langkah lain,” ujar Arandi.

Dalam situasi harga batubara yang melemah, ADRO disarankan untuk lebih berfokus pada menjaga modal perusahaan, efisiensi biaya, dan mengurangi utang. Pada kuartal I-2015, perusahaan dilaporkan berhasil menurunkan utang berbunga bersih sebesar 18% menjadi US$ 1.159 juta.

Andre Varian, analis Ciptadana Securities dalam riset 4 Mei 2015, memprediksi pelemahan harga batubara akan melambat pada kuartal berikutnya tahun 2015 seiring dengan semakin berkurangnya pasokan batubara.

Pada kuartal I-2015, produksi batubara Indonesia tergolong rendah, hanya ada dikisaran 97 juta MT, dengan 81% diperuntukkan untuk ekspor. “Fase terburuk dalam penurunan harga batubara pada akhirnya akan berhenti dan secara perlahan akan naik,” ujar Andre.

Ia mengungkapkan meski volume produksi ADRO menurun 6%YoY menjadi 13,2 juta ton di kuartal I-2015, pasar batubara di China dan India membantu mempertahankan angka permintaan batubara ADRO. Selama tiga bulan pertama, porsi total volume penjualan batubara ke China bertahan di level 21%. Sedangkan permintaan batubara dari India meningkat 11 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya atau sekitar 10% dari total volume penjualan ADRO.

Berdasarkan keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), ADRO mengalami penurunan laba bersih sebesar 55% pada kuartal I-2015 menjadi US$ 59 juta. Volume penjualan turun 3% menjadi 13,4 MT yang membuat penurunan pendapatan usaha sebesar 16% menjadi US$ 711 juta.

Dengan kinerja kuartal I-2015 yang kurang memuaskan akibat pasar batubara yang masih lemah, perusahaan mencoba mengembangkan bisnis non-batubara untuk membantu mempertahankan prospek bisnis ke depan. Selain PLTU Batang, ADRO juga membangun PLTU di Tabalong, Kalimantan Selatan, dan PLTU Mulut Tambang di Sumatera Selatan.

Andre merekomendasi untuk Hold di target price Rp 915. Arandi merekomendasi untuk Reduce di target harga Rp 800. Sedangkan Stefanus merekomendasikan untuk Buy di target price Rp 1.150. Pada penutupan kemarin saham ADRO naik 0,56% di harga Rp 900.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×