kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar prospek properti Summarecon Agung


Jumat, 17 November 2017 / 09:02 WIB
Menakar prospek properti Summarecon Agung


Reporter: Dimas Andi | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Lesunya industri properti masih membayangi kinerja PT Summarecon Agung Tbk (SMRA). Meskipun laba bersihnya melonjak, marketing sales SMRA belum optimal.

Pada kuartal III-2017, pendapatan SMRA turun 10% menjadi Rp 1,3 triliun. Padahal, di kuartal dua, pendapatannya Rp 1,4 triliun. Namun periode Januari-September 2017, pendapatan SMRA naik 10,51% menjadi Rp 3,99 triliun dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Sedangkan, laba bersihnya Rp 119 miliar, melonjak Rp 107,32%.

Analis Phillip Sekuritas Yehuda Anthony Harahap mengatakan, rendahnya permintaan properti membuat pemasukan SMRA berkurang. Hal ini terlihat dari pencapaian marketing sales SMRA.

Hingga September 2017, nilai marketing sales SMRA hanya mencapai Rp 1,99 triliun atau turun 9,6% secara year on year (yoy). Secara persentase, nilainya baru mencapai 56,65% dari target akhir tahun sebesar Rp 3,5 triliun.

Yehuda menilai, perlambatan kinerja keuangan ini membuat harga saham SMRA terkoreksi 29% sejak awal tahun. Hal ini akhirnya membuat SMRA tersingkir dari indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) Global Standard sejak November ini.

Franky Rivan, analis Mirae Asset Sekuritas, berpendapat, SMRA masih memiliki aset berupa landbank seluas 2.066 hektare (ha). Jika bisa dimanfaatkan dengan baik, pendapatan SMRA di kuartal IV akan kembali meningkat, walaupun terbatas. "Soalnya proyeksi pertumbuhan kinerja SMRA memang cenderung kecil hingga akhir tahun," ujar dia, kemarin.

Sejumlah proyek properti yang diluncurkan di kuartal III semestinya bisa memberi dampak keuntungan secara jangka panjang bagi SMRA.Emiten ini juga memiliki sejumlah proyek pada kuartal IV. Dalam riset per 3 November, analis Indo Premier Sekuritas Eveline Liauw menyebut peluncuran proyek rumah perkantoran di Karawang dan perumahan di Bandung menjadi prioritas SMRA jelang akhir tahun.

Eveline berekspektasi, pertumbuhan harga properti yang lambat di kawasan Serpong mendatangkan penawaran berlebih bagi SMRA. Hal itu sudah tampak dari marketing sales SMRA di kawasan Serpong yang mencapai 41% hingga kuartal III.

Eveline merekomendasikan buy saham SMRA dengan target harga Rp 1.340 per saham.

Di sisi lain, Franky merekomendasikan sell dengan target harga Rp 880 per saham. Menurut dia, tekanan beban operasional SMRA masih akan berlanjut. Ia memprediksi SMRA meraih pendapatan Rp 5,4 triliun dan laba bersih Rp 325,5 miliar akhir tahun ini.

Adapun Yehuda merekomendasi hold SMRA dengan target harga Rp 1.110 per saham. Kamis (16/11), harga saham SMRA naik 1,08% dari hari sebelumnya menjadi sebesar Rp 940 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×