kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Menakar prospek BRPT dan TPIA di tengah anjloknya harga minyak dunia


Jumat, 28 Februari 2020 / 19:16 WIB
Menakar prospek BRPT dan TPIA di tengah anjloknya harga minyak dunia
ILUSTRASI. Harga minyak turun dalam enam hari perdagangan terakhir.


Reporter: Akhmad Suryahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Harga minyak dunia terus rontok. Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman April di ICE Futures, Jumat (28/2) pukul 19.02 WIB, turun 2,11% ke level US$ 51,08 per barel.

Sementara itu, harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman April 2020 di New York Mercantile Exchange turun 2,89% ke level US$ 45,73 per barel.

Asal tahu, ini merupakan level harga minyak WTI terendah sejak Januari 2019. Harga minyak turun dalam enam hari perdagangan terakhir.

Baca Juga: Harga minyak mentah capai rekor penurunan mingguan terbesar dalam empat tahun

Presiden Direktur CSA Institute Aria Santoso mengatakan, harga minyak dunia memiliki potensi penurunan lanjutan jika wabah virus corona (Covid-19) tidak segera ditanggulangi. Harga minyak WTI diperkirakan berada di harga saat ini sampai dengan US$ 42 per barel. “Selama belum ada perbaikan aktivitas produksi dan ekonomi global,” terang Aria kepada Kontan.co.id, Jumat (28/2).

Namun, penurunan harga minyak dunia ini tidak serta merta menguntungkan emiten petrokimia, sebut saja PT Chandra Asri Petrochemical Tbk (TPIA), PT Barito Pacific Tbk (BRPT), dan PT Lotte Chemical Titan Tbk (FPNI). Untuk diketahui, minyak mentah menjadi salah satu bahan baku produk petrokimia, yakni naphtha.

Aria tidak menampik, penurunan harga minyak juga akan menurunkan biaya pokok penjualan. Namun di sisi lain, turunnya harga bahan baku juga akan membuat emiten menyesuaikan harga jual produk.

Oleh karena itu, menurut dia emiten petrokimia harus jeli dan cekatan dalam memanfaatkan fluktuasi harga minyak dan menjaga spread harga jual dengan biaya produksi.

Baca Juga: Hantu virus corona, bursa global menuju minggu terburuk sejak krisis keuangan 2008

Ke depan, dia memperkirakan, virus Covid-19, yang menjadi biang kerok anjloknya harga minyak, dapat mereda secara alami seiring dengan masuknya musim panas.

“Artinya, sekitar dua bulan ke depan kita bisa mendapatkan informasi terbaru mengenai perkembangan harga minyak yang membaik,” kata dia. Dus, kemungkinan ia memprediksi harga minyak akan mulai merangkak naik pada semester II-2020.

Aria menilai, investor bisa memanfaatkan fluktuasi saham TPIA dan BRPT yang memiliki kapitalisasi pasar besar (big caps) untuk investasi jangka pendek. Namun, Aria menilai valuasi TPIA dan BRPT saat ini masih cukup tinggi.

Baca Juga: Indeks sektor industri dasar dan kimia anjlok 21,24%, begini kata analis

Melansir data RTI, hingga penutupan Jumat (28/2) saham BRPT diperdagangkan dengan price to earnings ratio (PER) 328,33 kali. Sementara TPIA diperdagangkan dengan PER 242,42 kali.

Secara year-to-date, saham BRPT telah terkoreksi 34,77%. Sementara saham TPIA tergerus 22,89% sejak awal tahun.

Namun, jika ditarik secara tahunan, kedua saham ini berkinerja cukup moncer. Sejak setahun ke belakang, saham BRPT meroket 97%. Kenaikan saham TPIA memang tidak segila induk usahanya. Namun saham TPIA memberi return positif 41,59% sejak setahun ke belakang.

Rekomendasinya, bagi yang ingin mendapatkan dua saham ini dengan harga yang lebih baik, Aria menyarankan agar investor wait and see sambil menunggu adanya pelemahan lanjutan.

Baca Juga: Dua saham tergusur dari kelompok Big Cap, siapa saja?

Pada penutupan perdagangan hari ini, saham BRPT dan TPIA kompak menguat. BRPT menguat 0,51% ke level Rp 985 sementara TPIA menguat 2,24% ke level Rp 8.000 per saham.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×