kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Level US$ 80 jadi support kuat batubara


Selasa, 21 Maret 2017 / 18:00 WIB
Level US$ 80 jadi support kuat batubara


Reporter: Namira Daufina | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Kegagalan harga batubara dalam mempertahankan kenaikannya diperkirakan karena minimnya katalis positif yang mendukung pergerakan harga batubara di pasar global saat ini.

Mengutip Bloomberg, Senin (20/3) harga batubara kontrak pengiriman April 2017 di ICE Future Exchange tergerus 0,97% ke level US$ 81,45 per metrik ton dibanding sehari sebelumnya. Namun dalam sepekan terakhir, batubara menanjak 0,55%.

Wahyu Tribowo Laksono, Analis PT Central Capital Futures menuturkan efek dari pidato Presiden AS, Donald Trump tidak akan besar mengingat hal tersebut sudah diantisipasi sejak pemilu berlangsung. Bahkan kini sebenarnya pelaku pasar menunggu aksi nyata yang akan dilakukan Trump.

Hanya saja memang bukan berarti pergerakan harga batubara tanpa katalis positif. Laporan China's National Statistics Bureau menunjukkan, produksi batubara China periode Januari - Februari 2017 turun. Padahal di saat yang bersamaan, permintaan untuk pembangkit listrik justru naik 6,5% dibanding periode yang sama tahun 2016 lalu.

"Maka itu meski turun atau naik sebenarnya pergerakan harga batubara tetap dalam rentang yang sempit cenderung konsolidasi," tutur Wahyu. Dukungan lainnya menurut Sublime Information Group, stok batubara hingga awal Maret 2017 di Qihuangdao hanya di level 4,6 juta ton atau turun 7,33 juta ton sejak awal tahun 2017 ini.

Sementara menurut Changjiang Securities, stok batubara di enam fasilitas pembangkit listrik terbesar China hingga pertengahan Maret 2017 turun 1,6 juta ton menjadi 10,20 juta ton dibanding periode yang sama bulan sebelumnya. "Level US$ 80 per metrik ton itu jadi support kuat dan nampaknya belum akan ditembus beberapa waktu ke depan," kata Wahyu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×